Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kata Gerindra: Nasib Generasi Milenial Tergantung Hasil Pilpres

Kata Gerindra: Nasib Generasi Milenial Tergantung Hasil Pilpres Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menilai nasib generasi milenial bergantung pada hasil Pemilu 2019 karena mereka membutuhkan ekonomi bangsa yang tumbuh dan bangkit karena ke depan yang dibutuhkan banyaknya lapangan kerja.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5%. Kalau itu dibiarkan terus, negara hanya sanggup menyediakan 1.000.000 lapangan kerja baru per tahun. Padahal, yang dibutuhkan 3.000.000 lapangan kerja baru," kata Andre dalam acara "Rembuk Nasional dan Deklarasi Prabowo Capres 2019 s.d. 2024" di Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Menurut dia, generasi milenial butuh kepastian untuk masa depannya karena selama 4 tahun kepemimpinan Joko Widodo, banyak janji kampanye yang tidak dilaksanakan.

Ia mencontohkan Jokowi dalam janji kampanye pada Pilpres 2014 tidak akan impor pangan. Namun, kenyataannya saat ini pangan di Indonesia dibanjiri produk impor. Selain itu, janji tidak utang, tetapi kenyataannya utang lebih besar.

"Generasi milenial harus kritis agar bangsa ini tidak gagal dalam mengisi kemerdekaan. Indonesia memang sudah merdeka namun ekonomi kita masih dijajah bangsa asing," kata Andre.

Dengan langkah ganti presiden pada tahun 2019, dia berharap pemerintahan baru akan mengubah konsep pembangunan neoliberalisme menjadi berpihak pada rakyat.

Ia mengkritisi narasi yang dibangun pemerintahan Jokowi adalah kemiskinan turun dengan memasukkan pendapatan keluarga Rp11 ribu per hari bukan keluarga miskin.

"Apakah Rp11 ribu realistis? Pemerintah tidak berpikir dengan kebutuhan sehari-hari lainnya, seperti ongkos anak berangkat sekolah," katanya.

Dalam diskusi tersebut, anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Djoko Suyanto mengatakan bahwa Indonesia memerlukan pemimpin yang Pancasilais, yaitu yang mampu mewujudkan keadilan sosial.

Ia menilai sosok Prabowo tidak tiba-tiba menjadi seorang pemimpin karena nasionalismenya sudah teruji.

"Nasionalisme Prabowo sudah teruji, sosok negarawan berpikir untuk kepentingan yang besar, bukan kepentingan pribadi," katanya.

Djoko mengatakan bahwa pihaknya sudah memberikan masukan kepada Prabowo agar menyusun pembangunan nasional yang mengutamakan kepentingan rakyat ketika menjadi presiden.

Dalam 5 tahun ke depan, katanya lagi, bagaimana pemerintahan yang baru dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan tidak melakukan kebijakan yang ekstraktif seperti memecah belah partai politik untuk kepentingan penguasa.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: