Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peluang Peningkatan Kerja Sama RI-Perancis Terbuka Lebar

Peluang Peningkatan Kerja Sama RI-Perancis Terbuka Lebar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdagangan Indonesia dan Perancis terus mengalami defisit. Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia meminta Perancis lebih membuka diri terhadap produk-produk Indonesia. 

Menurut Bahlil, tingginya defisit perdagangan dengan Perancis disebabkan tingginya permintaan Indonesia atas produk persenjataan dan dirgantara, seperti pesawat terbang. Sebab itu, Bahlil meminta Perancis untuk semakin membuka diri dengan Indonesia.

"Indonesia sudah memberi kontribusi besar untuk ekonomi Perancis. Dahulu Airbus bisa selamat dari krisis karena Lion Air memesan banyak pesawat. Sudah waktunya Perancis membuka diri dan mengurangi hambatan-hambatan. Barangkali ada peluang memperkecil defisit Indonesia," ucap Bahlil dalam keterangannya usai memimpin pertemuan antara Delegasi Hipmi-Europe Trade Mission 2018 dengan Paris Region Entreprises di Parc du Pont de Flandre, Paris, Perancis, Senin (6/8/2018) lalu.

Bahlil juga mendesak Perancis untuk aktif memperjuangkan masa depan pasar minyak sawit Indonesia di Eropa.

"Kami meminta Perancis mengoptimalkan pengaruhnya di Eropa. Sebab setelah Brexit, dominasi Perancis sangat kuat. Sedangkan isu minyak sawit sudah dibawa ke tingkat Uni-Eropa. Bukan lagi hanya isu dalam negeri Perancis," jelasnya.

Bahlil mengingatkan, meski larangan minyak sawit diperpanjang hingga 2030, namun Uni-Eropa kemungkinan akan meningkatkan hambatan-hambatan dalam bentuk berbagai regulasi dan sertifikasi.

 

"Misalnya kalau di Indonesia itu ada Perda-Perda atau sertifikasi, bahasa, selain isu besar soal lingkungan," pungkasnya.

Sekadar informasi, sejak 2013, Lion Air memborong 234 pesawat Perancis dengan nilai pembelian mencapai US$24 miliar. Bahkan sejak 2015, neraca perdagangan Indonesia dengan Prancis pada 2015 mengalami defisit sebesar US$ 363 juta atau setara Rp 5 triliun.

Defisit ini kemudian meningkat lagi 16,2% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya mencapai US$ 313,2 miliar. Tahun 2017, defisit masih berjalan dan diperkirakan tahun 2018 masih mengalami hal serupa.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: