Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Peluang Berinvestasi di Startup 'Unicorn' Indonesia Menurut Ari Adil

Ini Peluang Berinvestasi di Startup 'Unicorn' Indonesia Menurut Ari Adil Kredit Foto: Ning Rahayu
Warta Ekonomi, Jakarta -

"Ekspansi dulu, untung kemudian" adalah salah satu ciri khas konsep pertumbuhan bisnis dari perusahaan rintisan alias startup. Tidak seperti konsep bisnis perusahaan konvensional pada umumnya yang fokus mengejar profit, tren yang berkembang bagi startup adalah "merugi tetapi terus mengejar ekspansi". Mengapa demikian? Menurut Ari Adil,  Independent Wealth Management Advisor, hal pertama yang dikejar adalah valuasi.

Indonesia saat ini memiliki empaat startup "unicorn" yang menjadi raksasa bisnis baru di negara dengan populasi lebih dari 260 juta jiwa ini. Unicorn tersebut terbagi dalam tiga jenis industri, yaitu Go-Jek yang merajai sektor transportasi, Tokopedia dan Bukalapak sebagai marketplace yang menjadi solusi berbelanja tanpa menyita waktu dan energi, serta bagi masyarakat yang gemar plesir sangat dimanjakan dengan kehadiran Traveloka. Bermula dari sebuah konsep, kemudian merangkak tumbuh sebagai startup, hingga kini mereka mampu menjadi korporasi dengan nilai valuasi di atas US$1 miliar atau lebih dari Rp13 triliun.

Kesuksesan perusahaan startup ini tentu tak luput dari derasnya gelontoran dana fantastis dari modal ventura. Memiliki model bisnis dan konsep brilian, startup milik anak bangsa ini sukses menjadi primadona para investor untuk menggelontorkan dana, terutama bagi investor asing.

Hasil riset Google yang dirilis pada akhir 2017 menunjukkan nilai investasi di bidang startup teknologi di Indonesia menempati urutan ketiga terbesar setelah sektor migas, dengan total investasi yang masuk berjumlah Rp40 triliun pada periode Januari-Agustus 2017.

Jika ditelisik, Go-Jek misalnya yang berhasil menjadi "unicorn" pertama di Indonesia setelah enam tahun berdiri. Sepak terjang Go-Jek semakin berkilau ketika startup transportasi online itu mendapat pendanaan senilai US$550 juta pada Agustus 2016 dari konsorsium delapan investor yang digawangi oleh Sequoia Capital dan Warbrug.

Setelah itu, Go-Jek sukses memperoleh suntikan dana tambahan senilai US$1,2 miliar dari Tencent Holding dan JD.com pada 2017. Hal ini yang membuat total pendanaan yang diraih Go-Jek berada di angka US$1,75 miliar, nilai valuasi terbesar di antara empat "unicorn" Indonesia.

Tokopedia menyusul menyandang gelar "unicorn" setelah memperoleh pendanaan senilai US$1,347 miliar. Jumlah yang dijabarkan oleh situs crunchbase.com mencatatkan investasi terbesar datang dari Alibaba pada Agustus 2017 dengan angka senilai US$1,1 miliar.

Traveloka berada pada urutan ketiga sebagai startup asal Indonesia yang berhasil menjelma menjadi "unicorn". Platform penyedia layanan tiket online ini berhasil menarik perhatian Expedia, layanan sejenis yang populer di luar negeri yang mengucurkan dana senilai US$350 juta pada Juli 2017. Tambahan dana baru ini menggenapkan total pendanaan untuk Traveloka menjadi US$500 juta dalam setahun terakhir dan berhasil mengantarkan Traveloka sebagai korporasi dengan valuasi di atas US$1 miliar.

Melihat angka tersebut, investasi yang masuk pada startup Indonesia yang didominasi pemain asing, menunjukkan para investor masih percaya pada kondisi ekonomi makro Indonesia. Ari Adil, Independent Wealth Management Advisor dan Co-Founder and Managing Partner Jagartha Advisors, menilai para investor asing sangat cermat dan jeli melihat konsep bisnis yang diusung oleh para startup. 

"Didukung oleh stabilitas makroekonomi, demografi, dan penetrasi pengguna internet yang meningkat mencapai 54%, menjadikan peluang besar dalam pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Investor asing melihat pangsa pasar yang begitu besar di Indonesia bagi pertumbuhan bisnis startup ­tersebut, sehingga startup "unicorn" ini mendapat nilai yang sangat baik di mata asing," terang Ari Adil. 

Lebih lanjut, Ari menambahkan, fenomena sharing economy yang ditawarkan startup "unicorn" di Indonesia disinyalir menjadi faktor pemicu utama masuknya dana investasi asing yang fantastis. Baik Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak, dan Traveloka memaksimalkan konsep one stop solution dalam satu aplikasi.

"Mereka tidak memiliki aset seperti perusahaan konvensional pada umumnya. Startup tersebut menyediakan aplikasi yang bermanfaat bukan hanya bagi pengguna tetapi bagi mereka yang memiliki aset seperti motor, mobil, produk, dan kehadiran startup ini mampu menjembatani gap di antara ini," jelas Ari.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: