Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wall Street Melemah Imbas Krisis Turki

Wall Street Melemah Imbas Krisis Turki Kredit Foto: Reuters/Brendan McDermid
Warta Ekonomi, New York -

Saham-saham di Wall Street turun pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah krisis ekonomi mendalam di Turki menyeret turun saham-saham bank dan memicu investor keluar dari aset-aset berisiko.

Indeks Dow dan S&P 500 membukukan penurunan untuk minggu ini, setelah selam lima minggu berturut-turut membukukan keuntungan, tetapi S&P 500 tetap berada 1,4 persen di bawah rekor tertingginya sejak 26 Januari.

Penurunan di saham sektor teknologi menambah suasana "bearish" di pasar.

Indeks teknologi S&P turun 0,8 persen, dengan Intel turun 2,6 persen setelah Goldman Sachs menurunkan peringkat sahamnya menjadi "jual." Saham Microchip Technology turun 10,9 persen setela proyeksi pendapatan kuartal keduanya mengecewakan.

Kemerosotan nata uang lira Turki memburuk setelah Presiden AS Donald Trump menggandakan tarif untuk baja dan aluminium yang diimpor dari Turki.

Para investor beralih ke aset-aset "safe haven", mendorong dolar AS lebih kuat dan membebani imbal hasil obligasi AS.

"Itu adalah langkah klasik mengindari risiko," kata Quincy Krosby, kepala analis pasar di Prudential Financial di New Jersey. "Anda khawatir tentang kerusakan tambahan. Anda khawatir tentang efeknya di Eropa. Anda kehilangan bank-bank karena imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun." Indeks keuangan S&P turun 1,2 persen, penyeret terbesar pada S&P 500.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 196,09 poin atau 0,77 persen menjadi 25.313,14 poin, Indeks S&P 500 kehilangan 20,30 poin atau 0,71 persen menjadi 2.833,28 poin dan Indeks Komposit Nasdaq turun 52,67 poin atau 0,67 persen menjadi 7.839,11 poin.

Untuk minggu ini, Dow turun 0,6 persen dan S&P 500 merosot 0,3 persen. Nasdaq naik 0,3 persen untuk minggu ini setelah keuntungan kuat di beberapa saham teknologi.

Citigroup, bank AS terbesar di dunia, turun 2,4 persen. JPMorgan, Wells Fargo dan Bank of America juga lebih rendah.

"Setiap kali ada pergerakan dalam mata uang, keuangan cenderung menuai risiko-risiko tertular," kata Jamie Cox, mitra pengelola untuk Harris Financial Group di Richmond, Virginia.

Saham-saham perusahaan yang sensitif terhadap perdagangan juga menurun, termasuk Boeing, 3M dan Caterpillar, semuanya turun sedikitnya satu persen.

Saham Tesla berakhir naik 0,9 persen. Jumlah "sold short" saham Tesla berbalik naik dan sekarang lebih tinggi dari sebelum Chief Executive Elon Musk pada Selasa (7/8/2018) mengusulkan mengambil kembali pembuat mobil listrik itu menjadi perusahaan tertutup, menurut data dari perusahaan teknologi keuangan dan analitik S3 Partners.

Data pada Jumat (10/8/2018) menunjukkan harga-harga konsumen AS naik pada Juli dan tren yang mendasarinya terus menguat, menunjuk ke peningkatan stabil dalam tekanan inflasi.

Saham-saham turun melebihi jumlah yang naik di NYSE dengan rasio 2,10 berbanding satu dan di Nasdaq dengan rasio 1,51 berbanding satu.

S&P 500 membukukan posisi 12 tertinggi baru dan 10 terendah baru dalam 52 minggu terakhir serta Komposit Nasdaq mencatat 87 tertinggi baru dan 102 terendah baru.

Sekitar 6,7 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 6,4 miliar saham untuk 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters. (HYS/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: