Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ratna Sarumpaet Kritik Terpilihnya Ma'ruf Amin, Masalahnya?

Ratna Sarumpaet Kritik Terpilihnya Ma'ruf Amin, Masalahnya? Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terpilihnya Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi ternyata tidak membuat seluruh masyarakat Indonesia bahagia. Pasalnya, salah seorang aktivis, Ratna Sarumpaet  memprotes penunjukkan tersebut.

Ratna Sarumpaet dalam sebuah cuitannya mengunggah 'Menolak Lupa Fatwa MUI' yang ramai dibahas netizen. Bahkan menyertakan foto Ma'ruf Amin dan tangkapan layar artikel soal Fatwa MUI tak boleh pilih pemimpin ingkar janji. Tidak hanya itu, Ratna juga mempertanyakan alasan Jokowi memilih Ma'ruf, sebab ia menilai Ketua MUI itu terlalu terlalu tua.

"Ya buat apa Ma'ruf Amin diambil sebagai wapres, secara usia uzur sakit pula, sakit jantung, lemah jantung kan dia. Orang boleh dong, aku bertanya-tanya dong, di politik kan mau apa," kata lewat akun twitternya.

Sementara Sekjen NasDem, Johnny G Plate, menyarankan Ratna untuk tidak mempertanyakan terpilihnya Ma'ruf sebagai pendamping Jokowi. Selain itu, memperingati aktivis tersebut meluangkan waktu mempelajari seluruh paslon di Pilpres 2019.

"Kami menyarankan tanya semua paslon, agar masyarakat tidak seperti memilih kucing dalam karung," tegasnya di Jakarta, Minggu (12/8/2018).

Johnny menambahkan, persoalan melawan lupa, baiknya Ratna mengecek melawan lupa versi Prabowo yang menggunakan kekuatan militer hingga disidang melalui Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Meski demikian ada sejumlah prestasi yang ditorehkan.

"Pasti ada kehebatannya kan. Termasuk mengecek proses sidang DKP. Bisa dilihat di YouTube," imbuhnya.

Anggota Dewan Pakar NasDem, Teuku Taufiqulhadi, menilai mempertanyakan mengapa Ma'ruf terpilih bukanlah hal yang relevan. Sebab kehadiran Ma'ruf justru melengkapi Jokowi dalam sisi kedewasaan berpolitik. Bahkan merupakan sosok ideal untuk mendampingi Jokowi.

"Beliau (Ma'ruf) juga bukan ulama salaf biasa, tapi ulama salaf plus," ujar Taufiqulhadi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: