Warta Ekonomi, Jakarta -
Kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot tajam pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Kekhawatiran krisis Turki menjadi penyebab anjloknya Rupiah dari sisi eksternal.
Mengutip Bloomberg, Senin (13/8/2018), rupiah dibuka di angka Rp14.579 per dolar AS, melemah tajam jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka Rp14.478 per dolar AS. Tekanan terhadap rupiah cukup dalam sehingga menyentuh level Rp14.614 per dolar AS. Sementara data RTI menyebutkan, pelemahan nilai tukar Rupiah tertinggi berada pada level Rp14.648 per dolar AS.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, faktornya pelemahan nilai tukar Rupiah adalah tekanan global yang berasal dari kekhawatiran krisis Turki dengan anjloknya Lira 40% ytd.
"Krisis Turki diprediksi akan menyebabkan spillover effect ke Eropa dan negara berkembang lainnya. Kondisi ini diperparah oleh sanksi dari AS berupa kenaikan bea masuk alumnium asal Turki," ujar Bhima di Jakarta, Senin (13/8/2018).
Kekhawatiran tersebut berdampak pada aset emerging market yang kemudian agak dihindari. Investor global memborong dolar dan Treasury bond.
"US dolar index yang merupakan perbandingan antara dolar AS dengan 6 mata uang dominan di dunia naik menjadi 96,4, menunjukkan fenomena super dolar yang trennya berlanjut," ucapnya.
Sementara dari sisi domestik sentimen investor lebih dipengaruhi rilis data defisit transaksi berjalan yang menembus 3% terhadap PDB di kuartal II 2018. BI mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II-2018 mencapai 8 miliar dolar AS atau 3% terhadap produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,2 persen terhadap PDB.
"Defisit transaksi berjalan berpotensi melebar di kuartal III dan IV akibat naiknya biaya kebutuhan impor, pembayaran utang jatuh tempo dan realisasi proyek infrastruktur yang menyedot bahan baku impor," paparnya.
Menurutnya, respon BI dalam menghadapi rupiah juga masih andalkan cadangan devisa jadi hasil RDG BI akan pertahankan BI 7days repo rate di level 5,25%.
"Tidak ada surprise dari BI sehingga ekspektasi pasar cenderung menahan diri," tukasnya.
Sementara hasil pendaftaran capres dan cawapres ditanggapi beragam. Pasar khususnya investor asing kaget Jokowi memilih Ma'ruf amin yang dinilai belum kompeten menyelesaikan masalah ekonomi yang mendesak. Sementara visi misi Prabowo-sandi dinilai masih abstrak.
"Ini membuat IHSG lebih ditopang investor domestik, sementara investor asing dalam 1 minggu terakhir membukukan penjualan bersih Rp733 miliar," terang Bhima.
Baca Juga: Kasus DBD di Bali Melonjak di Awal Tahun, Tembus 1.566 Kasus!
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: