Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dari 3 Faktor, Ini yang Paling Pengaruhi Indeks Terkoreksi Dalam

Dari 3 Faktor, Ini yang Paling Pengaruhi Indeks Terkoreksi Dalam Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Krisis finansial Turki, data defisit transaksi berjalan hingga 3%, serta hasil pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden periode 2019-2024 menjadi sentimen yang membuat indeks berkubang di zona merah sepanjang hari ini. Lalu manakah faktor terbesar yang membuat indeks kebakaran hari ini?

Menjawab hal tersebut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira mengatakan, faktor terbesar datang dari tekanan global yang berasal dari kekhawatiran krisis Turki dengan anjloknya Lira 40% (year to date). 

"Krisis Turki diprediksi akan menyebabkan spillover effect ke Eropa dan negara berkembang. Kondisi ini diperparah oleh sanksi dari AS berupa kenaikan bea masuk aluminium asal Turki," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Menurutnya, dampak dari kondisi tersebut membuat aset di emerging market dihindari. Investor global lebih memilih memborong Dolar dan Treasury Bond. US dollar index yang merupakan perbandingan antara dolar AS dan enam mata uang dominan di dunia naik menjadi 96,4, menunjukkan fenomena super dolar yg trennya berlanjut. 

"Pelaku pasar akan lakukan flight to quality atau menghindari aset yang berisiko dan pindah ke aset yg lebih aman, seperti dolar, surat utang pemerintah AS, dan emas. Untuk investor jangka panjang lebih menahan diri. Mereka tunggu update situasi Turki. Ketika kondisi sudah stabil, maka mereka akan masuk lagi, investasi ke Indonesia," ungkapnya. 

Sementara itu, faktor dari dalam negeri yang menjadi sentimen investor lebih dipengaruhi rilis data defisit transaksi berjalan yang menembus 3% terhadap PDB di kuartal II-2018. Defisit transaksi berjalan berpotensi melebar di kuartal III dan kuartal IV akibat naiknya biaya kebutuhan impor, pembayaran utang jatuh tempo dan realisasi proyek infrastruktur yg menyedot bahan baku impor.

"Respon BI dalam menghadapi rupiah juga masih andalkan cadev. Jadi hasil RDG BI akan pertahankan 7 days repo di level 5,25%. Tidak ada surprise dari BI, sehingga ekspektasi pasar cenderung menahan diri," jelasnya. 

Bima pun menyoroti hasil pendaftaran capres dan cawapres. Ia menilai hasil pendaftaran ditanggapi beragam oleh pasar. Ia menilai investor asing kaget Jokowi memilih Ma'ruf Amin yg dinilai belum kompeten menyelesaikan masalah ekonomi yg mendesak. 

"Sementara visi misi Prabowo-Sandi dinilai masih abstrak. Ini membuat IHSG lebih ditopang investor domestik, sementara investor asing dalam seminggu terakhir membukukan penjualan bersih Rp733 miliar," pungkasnya. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpukul dalam pada perdagangan hari ini, Senin (13/8/2018). Indeks bahkan terpuruk 215,93 poin atau 3,55% ke level 5.861,25. Indeks sempat menyentuh level terendah di posisi 5.861,24 dan posisi tertinggi di level 6.034,56. Hal yang sama terjadi pada indeks LQ45 yang anjlok 39,65 poin atau 4,14% ke posisi 923,23.

Hari ini investor bertransaksi senilai Rp7,94 triliun. Frekuensi perdagangan mencapai sebanyak 374.729 kali transaksi dengan volume 8,93 miliar lembar saham yang diperdagangkan. Ada sebanyak 52 saham yang menguat, 366 melemah, dan 88 saham tak bergerak. Investor asing membukukan transaksi jual bersih (nett sell) senilai Rp646,88 miliar.

Seluruh sektor saham di BEI mengalami pelemahan hari ini. Sektor saham pertambangan bahkan terkoreksi hingga 4,98%, disusul sektor keuangan yang melemah 4,16%, kemudian di belakangnya ada sektor industri dasar yang turun 4,03%. 

Baca Juga: Pria Buleleng Diringkus usai Curi Tabung Gas-Barang Elektronik

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: