Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Krisis Turki Berpotensi Meluas, Rupiah Bisa ke Level Rp14.700

Krisis Turki Berpotensi Meluas, Rupiah Bisa ke Level Rp14.700 Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah masih menghadapi tekanan jual yang tinggi karena krisis ekonomi di Turki mengganggu sentimen global dan menciptakan kondisi risk-off.

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed, mengatakan bahwa apresiasi Dolar memperburuk situasi bagi Rupiah.

“Mata uang Indonesia merosot ke level yang tak pernah tersentuh sejak Oktober 2015 di atas  Rp14.600 per dollar AS,” ujarnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Ia memandang jika sepertinya Rupiah akan tetap tertekan karena selera risiko investor yang rendah dan Dolar yang menguat secara umum. Karena itu, Bank Indonesia mungkin mempertimbangkan untuk meningkatkan suku bunga guna mendukung Rupiah.

“Dari aspek teknis, nilai tukar rupiah terhadap dolla AS bisa menyentuh level Rp14.700 di jangka pendek karena situasi risk-off yang dipicu krisis Turki mengurangi minat terhadap aset pasar berkembang,” terangnya.

Memang, Lira Turki terus melemah di awal Senin (14/8/2018), mencapai rekor terendah baru yaitu 7.21 per Dolar sebelum sedikit pulih pada sesi perdagangan Asia. Komentar dari Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Menteri Keuangan Berat Albayrak di akhir pekan bahwa pemerintah akan mengumumkan rencana hari ini untuk menenangkan pasar tidak berhasil membangkitkan kepercayaan.

Inflasi diprediksi akan berada di atas 20%, defisit transaksi berjalan terus melebar, dan imbal hasil obligasi mencapai rekor tertinggi, serta ketegangan politik dengan AS semakin memburuk sehingga pemerintah Turki tidak memiliki banyak pilihan untuk menghentikan Lira yang terus terperosok.

“Investor harus melihat tindakan ekonomi yang serius, bukan bersifat politis, agar situasi tidak menjadi sepenuhnya di luar kendali. Langkah ini termasuk kenaikan darurat suku bunga oleh bank sentral, menerapkan kontrol modal, reformasi fiskal, meminta paket penyelamatan dari IMF atau pemberi pinjaman lain, dan mengakhiri ketegangan diplomatis dengan Donald Trump. Apabila langkah-langkah ini tidak diambil, investor akan terus menjual aset Turki,” pungkasnya.

Sentimen risk-off menyebar ke berbagai pasar lain. Rand Afrika Selatan merosot lebih dari 10% di awal hari Senin, mencapai level terendah dua tahun yaitu 15.32 per Dolar.  Peso Argentina dan Rubel Rusia termasuk mata uang pasar berkembang yang merosot paling drastis. Euro tergelincir ke bawah 1.14 terhadap Dolar di saat investor mencoba untuk menimbang kekacauan yang dapat diakibatkan Turki terhadap perbankan Eropa. Bank Spanyol, Prancis, dan Italia memiliki eksposur besar terhadap utang Turki.

Pasar saham Asia juga terhantam. Indeks Nikkei, KOSPI, Shanghai, dan Hong Kong merosot lebih dari 1.6%.  Investor mungkin akan melihat reaksi yang sama saat pasar Eropa dibuka hari ini, dan bank akan terpukul paling parah.

Dolar diuntungkan oleh gejolak pasar berkembang sehingga mencapai level tertinggi satu tahun yaitu 96.50. Hal yang juga mendukung Dolar adalah data ekonomi yang menunjukkan bahwa IHK inti mencatat pertumbuhan terbesar dalam satu dekade, meningkat 2.4% dibandingkan tahun lalu.

Federal Reserve mungkin tak punya pilihan selain terus memperketat kebijakan dengan dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini yang menyebabkan divergensi kebijakan moneter yang lebih lebar. Dolar yang menguat menyebabkan posisi AS lebih lemah di perang dagang, dan investor bertanya-tanya apakah Trump akan kembali berupaya untuk memperlemah Dolar.
 

Baca Juga: Pemerintah Komitmen Lindungi dan Lestarikan Bahasa Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitriyani
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: