Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gapki Sumsel Respons Positif Aturan Penggunaan Biodiesel

Gapki Sumsel Respons Positif Aturan Penggunaan Biodiesel Kredit Foto: Biofarma
Warta Ekonomi, Palembang -

Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Sumatera Selatan merespon positif keputusan pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengharuskan pencampuran 20% biodiesel sawit dengan Solar (B20) per September 2018.

Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Sumsel Harry Hartanto pencampuran ini berlaku untuk semua minyak Solar subsidi dan non-subsidi yang dijual di Indonesia seperti yang diinginkan oleh Gapki.

"Gapki dari awal meminta paling tidak September sudah jalan aturan ini, dan bersyukur sekali direspon pemerintah," kata Harry, Selasa (14/8/2018).

Kementerian ESDM sedang menyusun Peraturan Presiden (Perpres) yang menjadi payung hukum sehingga pada awal September sudah bisa dilakukan pencampuran seluruh minyak solar dengan minyak sawit dengan merek dagang Biosolar.

Pemerintah juga berencana menunjuk badan usaha untuk menyaluran solar untuk melakukan pencampuran. Bila tidak dilaksanakan, maka akan ada sanksi berupa pengenaan denda sebesar Rp6 ribu per liter atas solar yang dijual tanpa dicampur sebanyak 20% minyak sawit.

Baca juga: Pemerintah diharapkan tetap fokus kembangkan biodisel

Atas langkah yang diambil pemerintah ini, Gapki memberikan dukungan penuh karena selama ini penggunaan 20% biodiesel sawit dengan Solar (B20) tidak berjalan di lini lapangan.

Sementara, di sisi lain, harga semakin tidak bersahabat di pasaran internasional sehingga membutuhkan serapan dalam negeri untuk menjaga kelangsungan hidup petani.

"Tahu sendiri, saat ini negara-negara pengimpor membuat aturan untuk mengurangi impor dari negara lain. Belum lagi memanasnya hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Akibatnya, serapan ekspor rendah sehingga terjadi penumpukan stok di dalam negeri," kata dia.

Selain itu, yang tak kalah merepotkan yakni adanya kampanye hitam yang menyebutkan bahwa produk minyak sawit itu berbahaya untuk kesehatan.

"Ini murni sudah persaingan dagang karena secara riset sama sekali tidak terbukti," ujar Harry.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: