Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Reli Mata Uang Pasar Berkembang Hanya Sementara, US$ Sentuh Level Tertinggi 2018

Reli Mata Uang Pasar Berkembang Hanya Sementara, US$ Sentuh Level Tertinggi 2018 Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Relief rally yang memungkinkan mata uang pasar berkembang untuk mencoba stabil pasca reaksi sangat bergejolak terhadap krisis Lira Turki sepertinya hanya berlangsung sementara. Hal tersebut disampaikan oleh Global Head of Currency Strategy & Market Research Forextime, Jameel Ahmad, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Jameel mengungkapkan jika Dolar mencapai level tertinggi baru di tahun 2018, sebagian besar mata uang pasar berkembang Asia melemah, karena ketegangan politik antara Turki dan Amerika Serikat terus memanas.

“Depresiasi mata uang pasar berkembang sepertinya akan meluas ke wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika saat pasar Eropa dibuka hari ini, dan kemungkinan juga ke pasar FX Amerika Latin saat Wall Street dibuka,” ungkapnya.

Menurutnya, satu-satunya mata uang pasar berkembang yang tidak melemah adalah Rupee India yang justru sedikit menguat terhadap Dolar AS setelah menyentuh level terendah baru di awal pekan ini. Mengingat bahwa Dolar menguat terhadap sebagian besar mata uang lainnya setelah mencapai level tertinggi baru di tahun 2018. Bank Indonesia (BI) baru saja meningkatkan suku bunga sebagai upaya mencegah Rupiah untuk merosot lebih rendah lagi.

“Upaya BI sebelumnya untuk mengubah kebijakan moneter tidak diterima oleh investor, terutama karena aksi beli US$ yang terus berlanjut,” terang Jameel.

Sementara itu, Lira Turki masih terus terombang-ambing, namun tampaknya mencoba untuk kembali menguat terhadap Dolar AS untuk hari ketiga berturut-turut setelah krisis Lira Turki menyedot perhatian dunia. Lira menguat walaupun Turki meningkatkan tarif impor terhadap berbagai produk AS.

“Menarik untuk kita pantau apakah pemerintahan Trump akan memberi tanggapan yang mengguncang pasar,” ucapnya.

Memburuknya ketegangan dagang dan diplomatik antara Amerika Serikat dan Turki mengingatkan pasar bahwa perang dagang global bukan hanya melibatkan Amerika Serikat dan China. Ada banyak ekonomi lainnya di seluruh dunia yang merasa terganggu oleh proteksionisme pemerintahan Trump.

Satu pertanyaan yang muncul dan harus diperhatikan investor di saat Dolar mencapai rekor tertinggi baru tahun 2018 - seberapa lama reli Dolar dapat berlanjut? Dolar yang menguat bertolak belakang dengan keinginan pemerintahan Trump, dan ada argumen bahwa ini mengurangi stimulus fiskal yang diusung Trump bersama kebijakan proteksionisme karena harga impor ke Amerika Serikat menjadi meningkat.

“Saya akan sangat terkejut jika Presiden Trump tidak mengemukakan ketidakpuasannya atas apresiasi USD di waktu dekat,” pungkasnya.

Baca Juga: Bali Dukung Wacana Konser Artis Internasional di Indonesia

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitriyani
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: