Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Besarnya Impor Migas Jadi Biang Kerok Defisit Neraca Perdagangan?

Besarnya Impor Migas Jadi Biang Kerok Defisit Neraca Perdagangan? Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2018 mengalami defisit hingga US$2,03 miliar. Defisit neraca perdagangan tersebut berasal dari impor yang telah mencapai US$18,27 miliar serta ekspor yang baru mencapai US$16,24 miliar.

Namun jika dicermati, Hal ini terlihat pada ekspor nonmigas pada Juli 2018 yang tumbuh tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.

Menyikapi hal tersebut, Anggota Komisi XI DPR RI Hendrawan Supratikno mengatakan, untuk mengatasi defisit perdagangan, pemerintah diharapkan meningkatkan produksi migas sendiri.

"Salah satunya program peningkatan penggunaan biodiesel dijalankan sesuai rencana," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (16/8/2018).

Lanjutnya, dari sisi ekspor, Ia menyarankan perlunya pemberian insentif untuk produk-produk dengan konten lokal yang besar. 

"Hilirisasi industri juga harus dilakukan secara serius agar produk-produk ekspor bernilai tambah tinggi," imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati di kesempatan berbeda menuturkan, peningkatan defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi naiknya impor migas, seiring kenaikan harga minyak global dan permintaan yang lebih tinggi.

Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri menyebutkan nilai ekspor pada Juli 2018 mencapai US$16,24 miliar atau tumbuh 25,19% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month). Sedangkan, dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, ekspor tumbuh 19,33% (year on year).

Jika dirinci, ekspor nonmigas Juli mencapai US$14,81 miliar. Capaian ini tumbuh 31,18% dibandingkan Juni 2018. Sementara dibandingkan ekspor nonmigas Juli 2017 juga naik 19,03%.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Juli 2018 mencapai US$104,24 miliar atau meningkat 11,35% dibanding periode yang sama tahun 2017. Sedangkan ekspor nonmigas mencapai US$94,21 miliar atau meningkat 11,05%. Patut dicatat, kinerja ekspor yang baik ini, dicapai pada saat kondisi perekonomian global yang belum pulih. modal yang mengindikasikan industri berjalan baik.

“Ini menunjukkan kegiatan ekonomi atau kegiatan industri mungkin sudah membaik karena ada permintaan bahan kimia organik. Kemudian besi dan baja untuk sektor konstruksi,” katanya.

Menurutnya, jika ada impor bahan baku atau barang modal, kemungkinan akan ada peningkatan ekspor dalam waktu tiga bulan ke depan. “Kalau importir impor sekarang, itu biasanya untuk dua tiga bulan ke depan,” ujarnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: