Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Letoy di Hadapan Dolar, Kapan Berakhirnya? (2)

Rupiah Letoy di Hadapan Dolar, Kapan Berakhirnya? (2) Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengakui kebijakan yang diambil BI itu merupakan upaya untuk menahan laju pelemahan rupiah dan menjaga daya tarik aset-aset berdenominasi rupiah, sambil tetap menjaga stabilitas perekonomian.

"Kenaikan (suku bunga acuan) itu sudah membantu untuk menahan (pelemahan) rupiah lebih dalam. Kalau kemarin tidak ada kenaikan, mungkin ceritanya akan lain," ujarnya ketika ditemui usai pembacaan pidato Presiden Joko Widodo tentang keterangan pemerintah atas RUU APBN 2019 beserta Nota Keuangan di Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta.

Realistis Di tengah pergerakan rupiah yang cenderung melemah sampai saat ini, pemerintah pun nampaknya sangat menyadari bahwa tahun depan tantangan ekonomi global masih menjadi batu sandungan untuk penguatan rupiah yang signifikan.

Oleh karena itulah, seperti yang diakui Deputi Gubernur BI Dody Waluyo, asumsi kurs rupiah dalam RAPBN 2019 yang semula diperkirakan berada pada kisaran Rp13.700-Rp14.000 per dolar berubah menjadi Rp14.400 per dolar AS.

"Kami masih melihat dari sisi perkembangan global, gejolak perekonomian belum selesai," ujarnya.

Menkeu Sri Mulyani melihat patokan kurs dalam RAPBN 2019 tersebut sebagai angka yang konservatif, mengingat dinamika di negara maju, terutama Amerika Serikat daneropa yang terus menormalisasi kebijakan moneter mereka.

"Asumsi Rp14.400 merupakan angka kami yang konservatif," ujar Sri Mulyani seraya mengatakan akan terus berkordinasi dengan BI untuk menjaga stabilitas mata uang dan pertumbuhannya.

Akankah pemerintah mampu menjaga atau memperkuat nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp14.400 per dolar AS atau bahkan di bawah asumsi RAPBN itu? Sejumlah strategi pasti sudah disiapkan pemerintah dan otoritas moneter agak anggaran belanja tahun depan tidak terkoyak oleh depresiasi rupiah yang tinggi. Kuncinya adalah tetap waspada dan jangan jumawa dengan kondisi cadangan devisa, yang seperti dikemukakan Gubernur BI Perry Warjiyo, sangat mampu menjaga stabilitas rupiah.

Saat ini berdasarkan data BI, cadangan devisa terus menurun dari 131,9 miliar dolar AS pada Januari 2018 menjadi 118,3 miliar dolar AS pada akhir Juli 2018. Dengan kekuatan yang ada janganlah kita hanya bertahan. Mengutip istilah Ekonom Faisal Basri, tidak ada pemain bertahan yang menang dalam pertandingan sepak bola.

Oleh karena itu pelemahan rupiah, harus dioptimalkan menjadi kekuatan serangan balik untuk mendongkrak ekspor dan daya saing Indonesia. Saatnya mengatur kembali strategi jangka pendek dan menengah untuk menjadi pemenang di pasar global.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: