Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita Mitra Grabcar Bantu Korban Gempa Lombok

Cerita Mitra Grabcar Bantu Korban Gempa Lombok Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Gempa bumi berkekuatan 6,4 skala richter yang menghantam Lombok pada 29 Juli 2018 tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga rumah yang selama ini dianggap tempat berlindung paling aman dengan keluarga tercinta. Saat gempa terjadi, banyak warga Lombok yang sedang melakukan aktivitas di luar rumah. Salah satunya Munir (34 tahun), seorang pegawai negeri sipil (PNS) yang juga merupakan mitra pengemudi Grabcar selama enam bulan.  

Saat gempa terjadi, Munir baru saja mengantarkan penumpangnya. Dia pun segera bergegas pulang ke rumah di Kota Mataram dengan hati penuh kekhawatiran. Pikiran Munir berkecamuk, keselamatan keluarganya memenuhi pikirannya.

"Saya langsung menyetir ke rumah sambil terus berdoa agar istri dan kedua anak saya baik-baik saja. Syukurlah saat saya sampa ke rumah, istri dan anak-anak saya selamat dan rumah pun tidak mengalami kerusakan berat," cerita Munir.

Sayangnya, teman-teman Munir dan satu anggota keluarganya tidak seberuntung dirinya. Salah seorang keluarga istrinya harus melihat rumahnya rata dengan tanah karena gempa tersebut. Walaupun keluarga tersebut sudah mendapatkan perawatan, mereka harus mengungsi ke posko perlindungan dan menjadikannya sebagai rumah sementara.

Akibat beberapa gempa susulan, keluarga Munir tidak tenang berada di dalam rumah mereka. Pada siang hari, Munir menitipkan keluarganya ke rumah orangtuanya saat dia bekerja. Saat malam hari, Munir menjemput istri dan anak-anaknya dan bermalam di dalam mobil karena memberikan mereka rasa aman. Ini bukanlah keadaan yang diinginkan, tetapi apa daya mereka lebih baik merasa aman bersama-sama dibandingkan harus khawatir setiap kali ada gempa susulan yang akan merenggut rumah mereka.

Bencana yang dialami warga Lombok membuat Munir sedih dan terenyuh. Dia merasa harus berbuat sesuatu untuk meringankan beban warga Lombok. Hati nuraninya terketuk dan mendorong dirinya membantu untuk saling meringankan beban.  

Mengetahui program bantuan yang diberikan oleh International Federation of Red Cross and Crescent Societies (IFRC) yang bekerja sama dengan Grab, Munir memutuskan bergabung dan berkontribusi. Kerja sama antara Grab dengan IFRC memudahkan Munir membantu sesama warga Lombok. Bersama dengan beberapa mitra pengemudi Grabcar lain, Munir mengantarkan para staf dan relawan IFRC ke lokasi-lokasi pengungsian di Lombok Utara.

"Perasaan saya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Sedih pasti. Baru masuk ke wilayah Lombok Utara, langsung rasanya seperti…. Sulit diungkapkan," tuturnya sedih.

Namun di waktu yang sama, Munir merasa bersyukur karena diberikan kesempatan menolong orang-orang yang jauh lebih membutuhkan.

Munir bercerita bahwa sekalipun IFRC bekerja sama dengan Grab, tak terbersit dalam pikirannya untuk mencari keuntungan materi. Hal itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya dan mitra pengemudi lain karena besarnya rasa keinginan untuk menolong saudara mereka di bagian Utara Lombok.

"Keuntungan pribadi tak terpikirkan oleh kami, para mitra pengemudi Grabcar dalam membantu para korban bencana. Memang, saat mengantarkan staf dan relawan ke lokasi bencana, kami mendapat uang pengganti BBM dari pihak Grab, tapi itu kami anggap sebagai ongkos agar mobil kami bisa berjalan, bukan untuk keuntungan pribadi," terang Munir.

Munir menjelaskan, Grab membantu mengkoordinasikan jadwal pengantaran para sukarelawan kepada para mitra pengemudi yang tergabung dengan program tersebut, sehingga mereka bisa menjalani kewajiban lain ketika sedang tidak menjalan tugas sebagai sukarelawan bencana.

Menurutnya, para mitra pengemudi diberi tahu jadwal pengantaran satu hari sebelumnya. Koordinasi tersebut dilakukan melalui grup WhatsApp karena lebih mudah, cepat, dan tertata. Mereka dibekali makanan dan minuman dari Palang Merah Indonesia. Dalam satu hari, Munir bisa mengantarkan para staf dan relawan ke dua tempat dengan jarak lokasi yang relatif jauh. Beberapa kali Munir berangkat dari rumah pukul 09.00 pagi dan baru kembali tengah malam.  

Melakukan kegiatan ini bukanlah hal yang mudah. Perasaan takut dan lelah pasti muncul dan itu normal. Beruntunglah Munir mendapatkan dukungan dari keluarga dan rekan-rekan kantornya yang terus memberikan semangat dan doa untuk dirinya.

"Alhamdullilah mereka semua mendukung. Kami semua banyak berdoa semoga lancar di jalan dan bisa sampai kembali ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga," kata Munir.

Dia juga merasa bersyukur banyak mitra pengemudi Grabcar yang memiliki jiwa besar serta kepedulian dalam bahu-membahu membantu saudara yang membutuhkan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: