Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Semester-I 2018, Perhutani Catatkan Pendapatan Rp1,8 Triliun

Semester-I 2018, Perhutani Catatkan Pendapatan Rp1,8 Triliun Kredit Foto: Antara/Anis Efizudin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perum Perhutani pada semester-I 2018 ini meraih pendapatan senilai Rp1,8 trilliun atau tumbuh 26% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Selain pendapatan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kehutanan ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp469 miliar atau tumbuh 63%.

"Angka laba tersebut telah melampaui angka laba setahun 2017 sebesar Rp406 miliar, dari kerugian yang dialami pada 2016 sebesar Rp357 miliar," jelas Sekretaris Perusahaan Perhutani Agus Dwi Nurjanto, Selasa (21/8/2018).

Agus melanjutkan, restrukturisasi perusahaan mulai diterapkan pada kuartal akhir 2016 dengan menerapkan program Cost Reduction Program (CRP) secara konsisten yang berfokus pada biaya overhead, dan sistem Problem Identification Correctives Action (PICA) sebagai alat bantu manajemen yang diaplikasikan pada seluruh tingkat organisasi dari kantor pusat sampai tingkat Kesatuan Pangkuan Hutan (KPH).

Dilanjutkan, transformasi bisnis pada 2017 dengan melakukan perubahan struktur organisasi menjadi lebih ramping dan menerapkan Business Process Reengineering (BPR) di berbagai lini proses untuk meningkatkan Quality, Speed, dan Cost (efisiensi biaya) secara terukur dan dilakukan perbaikan secara terus menerus.

Hasil BPR tersebut termasuk terciptanya rebranding wisata "Canopy" pada dua lokasi percontohan, yaitu Kawah Putih di Ciwidey dan Banyunget di Trenggalek yang memberikan kontribusi dalam peningkatan laba pada 2017.

"Dengan mulai membaiknya kondisi keuangan perusahaan, untuk dapat mendorong pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan, perusahaan telah menganggarkan belanja modal 2018 sekitar Rp800 miliar," pungkasnya.

Selain untuk revitalisasi pabrik dalam memperkuat eksistensi perusahaan di hilir pada tingkat global termasuk industri kayu, minyak kayu putih dan madu serta pembangunan rest area, alokasi besar juga diberikan untuk penanaman hampir 30 ribu hektare pohon dalam mempercepat penutupan lahan, antara lain kayu jati jenis klon JPP (Jati Plus Perhutani) dan pinus bocor getah. Kedua jenis pohon tersebut merupakan hasil terobosan temuan Perhutani dengan hasil kualitas yang baik serta daur yang jauh lebih pendek.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: