Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CEO Metland: Kebijaksanaan Terlahir dari Lapangan

CEO Metland: Kebijaksanaan Terlahir dari Lapangan Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Metafora yang sangat populer diungkapkan Jim Collins tentang perusahaan dan pemimpin perusahaan. Ia mengumpamakan bus sebagai perusahaan/bisnis dan pemimpin perusahan sebagai sopirnya. Sebagai sopir, ia harus memutuskan arah kepergian bus, cara yang ditempuh agar sampai tujuan, dan memutuskan orang-orang yang akan pergi bersama dalam bus tersebut.

Ungkapan ini sangat mendalam artinya bagi sosok pemimpin perusahaan sampai kapan pun. Presiden Direktur Metropolitan Land, Thomas J. Angfendy, merefleksikan dirinya dalam posisi tersebut. Ia menyaring orang-orang yang di dalam perusahaan sebagai orang terpilih. Bahkan mereka, terutama jajaran direksi, adalah orang-orang yang berangkat dari level bawah dan rata-rata sudah memberi andil terhadap perusahaan lebih dari 10 tahun.

Dalam kaca matanya, pemimpin atau direksi yang dari bawah lebih baik daripada mendatangkan orang dari luar perusahaan. Perusahaan dapat lebih sustain untuk jangka panjang bila orang-orang kuncinya berasal dari dalam. Contohnya, Lee Lacocca berhasil membawa Chrysler mencapai posisi yang luar biasa dalam bisnis otomotif di dunia. Namun, nasib perusahaan berbeda drastis pasca-dirinya lengser dari jabatan. Pasalnya, banyak faktor yang terasah dari dinamika panjang di perusahaan sehingga paham kultur dan aturan main perusahaan. Itulah yang membuat langkah organisasi dapat lebih cepat dan berkelanjutan.

Dalam menjalankan perusahaan selayaknya bus, orang-orang di dalam perusahaan harus searah dengan tujuan bus. Mudahnya, bila ada yang tidak searah maka pilihannya turun dari bus tersebut. Namun dalam praktiknya, tidak serta-merta hal tersebut langsung dilakukan.

Thomas menyebutkan salah satu cara merangkul mereka (pegawai) agar sejalan dan mengikuti arah perusahaan. Langkah-langkah prosedural organisasi juga dilakukan bila ada kesalahan atau ketidaktepatan yang dilakukan oleh pegawai. Langkah teguran juga dilakukan sebagai rangkaian tindakan perusahaan terhadap pegawai yang belum sesuai dengan arah organisasi. Adapula langkah rotasi, misalnya dari yang sebelumnya menangani mal dipindah ke perumahan, begitu pula sebaliknya.

Apabila langkah-langkah tersebut tidak berdampak maka ia harus turun dari bus. Namun, hubungan tetap harus terjaga antara perusahaan dengan mereka. Masuk dengan baik-baik, pisah pun juga harus baik-baik.

Sebagai pemimpin, kontrol menjadi instrumen kunci dalam menjalankan organisasi. Organisasi dan semua yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan begitu saja tanpa adanya kontrol. Kontrol berjenjang harus dilakukan sedemikian rupa agar tidak terjadi penyimpangan, penyalahgunaan, atau hal-hal yang akan mengganggu tujuan perusahaan. Bahkan, pemimpin harus mau turun ke bawah untuk mengontrol dan melakukan cross check kondisi lapangan.

Oleh karena itu, sistem dalam perusahaan harus terbentuk kuat. Tanpa sistem dan perangkat-perangkat pelaksanaan yang kuat, organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Ia sangat percaya dengan sistem yang harus diimplementasikan pada perusahaan. Kita semua bekerja berdasarkan sistem karena itulah rule perusahaan. Sistem ini bisa berjalan atau tidaknya tergantung pada kontrolnya.

Adapun dalam perusahaan telah memberlakukan quality control dan ada tim yang menanganinya. Misalnya dalam pembangunan, tim ini akan mengontrol dan melakukan peninjauan lapangan untuk melihat kesesuaian antara spesifikasi yang ditetapkan dengan rancangan. Mayoritas di antara mereka adalah perempuan.

Thomas yang memimpin Metropolitan Land kerap juga mengajak manajer-manajer hotel di bawah naungannya untuk menjaga kualitas layanan. Hal kecil yang dicontohkannya adalah membuka secara terang benderang perbedaan antara "kotor" dan "tua". Ia memerintahkan mereka untuk melakukan studi banding dengan hotel lain yang dinilainya sangat bersih. Namun terkadang mindset mereka sudah terpatri bahwa hotel yang tua identik dengan kotor. Padahal dua hal tersebut sangat berbeda.

Butuh waktu untuk meyakinkan hal tersebut kepada mereka hingga mindset tersebut dapat diruntuhkan. Ia harus meyakinkan bahwa hotel bersih tidak tergantung dengan kondisi baru atau lama. Kalau hotel baru, tapi tidak dibersihkan akan tetap disebut kotor. Mereka menganggap baru identik dengan bersih. Padahal, hotel yang berdesain lebih modern dan baru, tetapi kalau kacanya berdebu maka tetap disebut kotor. Bersih itu tidak ada debu, bening, dan karpet tidak bau.

Itulah problem mindset yang selama ini dihadapinya dalam perhotelan. Oleh karena itu, terkadang kontrol ke bawah harus dilakukan oleh seorang pemimpin.

Pengecekan langsung lainnya juga dilakukan pada mal yang dimiliki perusahaan ini. Ia masuk keliling mal sebelum beroperasi. Masuk ke mal pun melalui jalan yang relatif tidak wajar karena memang belum dibuka pintu malnya saat pagi hari. Jalan basement pun tidak menjadi soal untuk dilalui, yang penting adalah memastikan kesiapsediaan mal sebelum beroperasi.

Membuat pengunjung nyaman, gembira, dan mendorong pengunjung berbelanja menjadi parameter keberhasilan mal. Pengalamannya membangun awareness terhadap lingkungan sekitar juga tak gampang. Contohnya, soal sampah yang terkadang tercecer di mal. Ia menceritakan butuh waktu kurang lebih empat tahun agar timbul kesadaran memungut dan memasukkan sampah ke tempat sampah. Padahal siapa pun bisa memungut sampah tanpa harus menunggu petugas kebersihan mal memungutnya. Atau bahkan, mengundang petugas kebersihan untuk memungut sampah yang dilihatnya.

Pemberdayaan seperti itu harus menjadi budaya. Tidak hanya bagi pengelola mal, tapi juga pengunjung mal. Memberikan contoh menjadi salah satu inisiatif yang harus dilakukan, meski tidak 100% mujarab memberikan kesadaran. Kita tetap pungut sampah meski di mal yang dimiliki orang lain.

Thomas sebagai CEO Metropolitan Land memegang beberapa hal yang dinilai sebagai kunci suksesnya. Integritas, profesionalitas, dan kerja keras adalah kuncinya. Integritas menjadi kunci paling penting. Kepercayaan akan lahir dari integritas dalam setiap tindak tanduk berbisnis. Sekalinya melakukan tindakan yang menabrak integritas, bisa jadi dampaknya akan meruntuhkan semua hal positif yang dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, integritas baik di internal maupun luar perusahaan harus selalu dijunjung tinggi. Jabatan CEO saat ini yang dipegangnya tidak lepas dari buah integritas yang telah ditanamnya.

Kunci berikutnya adalah profesionalitas. Sebagai contoh, dalam memperlakukan tenant di mal harus meniadakan ego. Kala itu, salah satu calon tenant yang menawarkan kepada dirinya untuk menggeser salah satu tenant lainnya. Sekalipun calon tenant tersebut menawarkan nilai sewa yang lebih tinggi, ia memilih lebih mempertahankan tenant yang sudah menempati lebih dulu. Baginya, uang bukan segala-segalanya. Komitmen antara tenant tersebut dengan perusahaan harus dipenuhi.

Kerja keras juga menjadi perhatiannya. Tanpa kerja keras, tidak mungkin ada hasil yang memuaskan. Kerja keras tersebut baginya telah membuahkan hasil sampai saat ini. Ia berangkat dari bawah sebelum mencapai jabatan puncak perusahaan. Tidak hanya dirinya yang berasal dari bawah, direksi lainnya pun merangkak dari posisi bawah hingga mencapai posisi sekarang. Semangat kerja keras ini menyimpan makna pantang menyerah, berusaha, dan terus berusaha sampai mencapai tujuan. Dengan bekerja keras akan terus melangkah, baik langkah demi langkah, lompatan besar maupun terobosan.

Pria yang salah satunya dimentori oleh Nanda Widya, CEO Metropolitan Land sebelumnya ini, menegaskan hal lainnya yang dapat mengantarkan kepada keberhasilan. Analisis data yang tajam harus menjadi setiap latar belakang dalam pengambilan keputusan maupun langkah bisnis lainnya. Artinya, tidak ada tindakan gegabah dan irasional dalam melakukan langkah-langkah bisnis. Dalam kisahnya saat menangani marketing, target delapan bulan dapat diselesaikan dalam waktu tujuh bulan. Salah satu kunci suksesnya karena mengatahui peta lapangan yang disajikan dari data-data yang dianalisis. Ia berperang tidak dengan tangan kosong dan membabi buta, tapi senjatanya analisis data.

Implementasi win-win dalam bisnis juga menjadi hal yang penting baginya. Seorang pebisnis atau pengusaha harus mampu memberikan solusi kepada pihak lain. Pengalamannya saat menangani mal, komunikasi dengan tenant harus intensif, harus menjadi pendengar yang baik bagi mereka, dan semua keluh kesah mereka harus diberikan jalan keluar. Misalnya, mereka mengeluhkan mal sepi, keberatan bayar sewa, hingga masalah pembayaran gaji karyawan, semua itu harus didengarkan dengan pikiran terbuka. Karena pada prinsipnya, di dalam mal itu jangan sampai ada yang tutup tenant-nya. Apabila ada yang tutup akan merembet ke yang lain.

Termasuk win-win saat melakukan pembebasan tanah. Ia bilang tidak ada istilah dalam bisnisnya injak kaki. Prinsipnya sepanjang harga rasional dan menjadi kebutuhan proyek maka akan dibeli. Perumpamaannya, ada tanah di area proyek yang belum dibeli dan berpotensi mengganggu desain proyek, tentu ini pasti akan dibeli. Sebaliknya, tidak akan dibeli bila tidak mengganggu desain proyek dan harganya tidak rasional.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: