Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspor CPO Bisa Atasi Paceklik Neraca Perdagangan

Ekspor CPO Bisa Atasi Paceklik Neraca Perdagangan Kredit Foto: Yosi Winosa
Warta Ekonomi, Belitung -

Sebagai salah satu komoditas andalan Indonesia, ekspor minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) bisa digenjot untuk mengatasi masalah neraca perdagangan Indonesia dalam jangka pendek. Maklum saja, komoditas CPO menyumbang porsi sekitar 15% dari total ekspor nonmigas.

Sayangnya, berbagai isu miring terkait CPO, antara lain pelanggaran HAM menurut PBB, pelanggaran usia tenaga kerja pada anak-anak, dan pelanggaran tata ruang pada kebakaran lahan membuat kinerja ekspor CPO Indonesia susut. Pada semester-l 2018 lalu, ekspor CPO turun 6% menjadi 14,16 juta dibanding periode yang sama tahun lalu 15,04 juta. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia pun kompak defisit US$2,03 miliar. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriono menyatakan, industri sawit sebenarnya punya peranan penting bagi perekonomian Indonesia di tengah tergerusnya devisa akibat penguatan dolar AS terhadap rupiah dan defisit neraca perdagangan yang masih menganga hingga Juni lalu.

"Dalam jangka pendek, industri ini bisa mengurangi beban perekonomian. Permasalahannya seberapa kita menganggap industri sawit penting bagi perekonomian Indonesia? Sekadar mengingatkan, industri ini menciptakan banyak lapangan pekerjaan (17,5 juta jiwa di seluruh rantai pasok industri) dan menyumbang lebih dari US$20 miliar devisa ekspor," kata dia di sela Lokakarya Wartawan Ekonomi dan Pertanian Gapki di Tanjung Pandan, Belitung, Kamis (23/8/2018).

Sayangnya, saat ini industri ini tengah menghadapi beberapa masalah mengingat kinerja ekspor sawit tidak bisa terlepas dari konteks perdagangan global. Berbagai tantangan tadi harus terus di-manage industri, salah satunya tantangan laten berupa kampanye negatif. 

"Seharusnya sebagai industri yang menjadi andalan ekspor, kampanye negatif tidak boleh terjadi di Indonesia. Kita sadari kampanye negatif sawit ini tidak berdiri sendiri. Ada pemerintah negara lain, media global, dan industri pesaing. Ini yang perlu kita selesaikan bersama," tambah Joko. 

Selain itu, Indonesia perlu dan sangat berkepentingan dalam memproduksi minyak kelapa sawit yang sehat berkelanjutan. Indonesia saat ini terus berupaya untuk meningkatkan standar industri kelapa sawit sesuai dengan ISPO. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: