Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Belum Pertimbangkan Naikkan Suku Bunga Acuan Kembali

BI Belum Pertimbangkan Naikkan Suku Bunga Acuan Kembali Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS terus mengalami pelemahan. Berdasarkan data Jisdor Bank Indonesia (BI), Hari ini, Jumat (24/8/2018), nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS menyentuh level Rp14.655 per dolar AS. Lalu apa BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya bulan depan?

Menanggapi hal itu, Kepala Divisi Asesmen Makroekonomi BI, Fadjar Majardi, mengatakan pelemahan tersebut lebih disebabkan oleh faktor eksternal. Adanya sinyal kuat kenaikan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate bulan depan menjadi salah satu penyebab lemahnya mata uang Garuda dari sisi eskternal, sementara dari domestik yakni para importir yang memborong valuta asing (valas) dan berakibat pada terganggunya suplai dolar AS.

"Ke depan respons tetap melihat perkembangannya (global dan domestik). Sepanjang indikator melihat butuh kenaikan suku bunga, maka akan dilakukan. Itu tidak serta merta melihat FFR naik suku bunga BI akan naik juga. Jadi tidak one on one," ujar Fadjar di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (24/8/2018).

Dikatakannya perhitungan suku bunga ke depan secara technical ada aturan dan rumusnya termasuk cara merespons kebijakan domestik.

"Jadi, kombinasinya banyak termasuk sekarang sudah mulai memerhatikan Current Account Deficit (CAD). Ruang ke depan tidak bisa dibilang ada ruang atau tidak karena melihat perkembangan," jelas Fadjar.

Bulan ini BI telah menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin atau menjadi 5,5%. Tujuannya untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman.

"Belum tahu. Nanti lihat data yang ada. Sekarang kami belum tahu," jelasnya.

Adapun data yang akan dipantau BI sebelum memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan adalah imbal hasil atau yield di pasar keuangan serta kenaikan suku bunga acuan pada negara lain.

"Banyak melihat yield di pasar keuangan, negara lain lakukan apa, dan internal lakukan apa," ungkapnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: