Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Indikasikan Perang Suku Bunga Makin Meluas

BI Indikasikan Perang Suku Bunga Makin Meluas Kredit Foto: Fajar Sulaiman
Warta Ekonomi, Manado -

Bank Indonesia (BI) menilai ada indikasi risiko perang suku bunga (monetary policy war) yang makin meluas di pasar global. Hal ini ditengarai oleh besarnya tendensi bank sentral di beberapa negara maju dan berkembang yang berlomba untuk menaikkan suku bunga acuannya.

Demikian yang dikatakan Kepala Divisi Asesmen Makro Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Fadjar Majardi saat Pelatihan Wartawan Ekonomi di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (24/8/2018).

"Turki sudah hampir 1000 basis poin (bps), ke depan Filipina dan India akan meningkatkan suku bunga di triwulan ketiga dan Korea Selatan di triwulan keempat," ujar Fadjar, di. Manado, Jumat (24/8/2018).

Tidak hanya negara berkembang, negara maju lainnya juga akan ikut menaikkan suku bunganya, diantaranya adalah Kanada dan Swedia pada Oktober dan Norwegia pada Desember 2018. 

Indikasi meluasnya perang suku bunga kebijakan antar bank sentral di dunia ini menjadi salah satu dasar mengapa BI berkomitmen menerapkan kebijakan yang front loading, preemptive dan ahead the curve. Salah satunya ialah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps menjadi 5,5% pada bulan ini.

"Jadi, kenaikan suku bunga itu bukan merespons Turki tetapi ada indikasi monetary policy war, ke depan negara emerging akan meningkatkan suku bunga. Kita nggak mau kecolongan maka naikkan duluan termasuk menghadapi Current Account Deficit (CAD)," jelas Fadjar.

Pemicu terjadinya tendency monetary policy war ini adalah menguatnya ketidakpastian global. Pada umumnya, investor akan mencari safe haven currency atau mata uang aman ketika ketidakpastian di pasar uang meningkat. 

Seperti diketahui, dolar AS adalah mata uang yang paling aman karena mata uang Negeri Paman Sam tersebut merupakan reserve currency di dunia. Pasalnya sekitar 60% cadangan devisa negara-negara di dunia disimpan dalam bentuk dolar AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: