Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

CIPS Anjurkan Indonesia Tidak Perlu Khawatir untuk Impor Bahan Pangan

CIPS Anjurkan Indonesia Tidak Perlu Khawatir untuk Impor Bahan Pangan Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meski neraca perdagangan bahan pangannya defisit, PDB Indonesia justru bertumbuh hingga 5,07%. Dengan demikian, semestinya Indonesia tidak perlu terlalu khawatir karena masih mengimpor sebagian besar bahan pangannya.

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi, mengatakan impor hanyalah salah satu instrumen untuk menstabilkan harga pangan di dalam negeri. Dengan masuknya barang dan jasa dari luar negeri, maka konsumen akan memperoleh harga yang kompetitif dan lebih terjangkau.

"Hal ini akan membuat daya beli konsumen meningkat, sehingga konsumen dapat mengalokasikan dana lebih besar untuk membeli bahan makanan berkualitas, layanan kesehatan dan juga pendidikan. Pada akhirnya, hal ini akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi," kata Hizika berdasarkan keterangannya di Jakarta, Rabu, (29/08/2018).

Pada saat bulan Ramadan dan Idul Fitri yang lalu (pertengahan Mei sampai dengan pertengahan Juni), Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa inflasi pada saat itu merupakan yang terendah selama beberapa tahun terakhir, yaitu hanya sebesar 0,21%. Jumlah ini lebih kecil ketimbang inflasi selama bulan Ramadan tahun 2017 (akhir Mei sampai dengan akhir Juni) yang mencapai 0,39% dan tahun 2016 (awal Juni sampai dengan awal Juli) yang berkisar antara 0,66% dan 0,69%.

“Harga pangan yang cenderung lebih stabil dinilai turut andil dalam menurunkan tingkat inflasi selama bulan Ramadan dalam dua tahun terakhir. Meskipun kita tetap memberikan apresiasi terhadap kerja keras Satgas Pangan, namun kita tidak selayaknya melupakan peran impor dalam menjaga kestabilan harga,” jelas Hizkia.

Laporan Statistik Impor BPS menunjukkan bahwa impor beras menjelang dan selama bulan Ramadan di tahun 2016 tercatat sebesar 26.193 ton. Sedangkan pada Ramadan 2017, Indonesia mengimpor sekitar dua kali lipat lebih banyak, yaitu sebesar 59.586 ton. Pemerintah juga mengimpor daging sapi sebesar 16.119 ton selama bulan Ramadan tahun 2016. Sedangkan di bulan Ramadan tahun 2017, jumlah impornya mencapai 22.632 ton atau sekitar 40,4% lebih banyak dibandingkan Ramadan tahun 2016.

Meskipun harga di bulan Ramadan 2018 ini diklaim lebih terkendali, jika kita mau melihat ke luar sedikit, maka sesungguhnya harga bahan makanan kita masih tergolong lebih mahal dibanding negara-negara tetangga kita. Data CIPS menunjukkan bahwa di pertengahan Ramadan 2018, harga beras di pasar swalayan di Jakarta mencapai Rp12.560 per kilogram, lebih mahal daripada di pasar swalayan di Bangkok yaitu Rp6.065 per kilogram, Kuala Lumpur Rp9.008 per kilogram maupun di Singapura Rp12.375 per kilogram.

Telur ayam di Jakarta harganya mencapai Rp22.450 per kilogram, lebih mahal daripada di Singapura Rp17.304 per kilogram dan Bangkok Rp18.459 per kilogram. Harga daging sapi di Jakarta mencapai Rp160.550 per kilogram, lebih mahal daripada di Manila Rp88.712 per kilogram, Malaysia Rp106.368 per kilogram dan Singapura Rp144.731 per kilogram.

“Tingginya harga bahan pangan di Indonesia menunjukkan bahwa pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk diselesaikan. Perlu juga dipikirkan dampak dari hal ini bagi masyarakat selama beberapa tahun ke depan, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga pra-sejahtera. Apa untungnya bagi mereka ketika neraca perdangangan surplus, tapi harga tidak bisa mereka jangkau?” jelasnya.

Stabilnya harga pangan memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, salah satunya adalah menjaga nilai inflasi. Untuk itu, pemerintah sebaiknya tidak perlu memandang impor sebagai opsi yang merugikan.

Baca Juga: Tegas! Bule Inggris Eks Napi Narkoba Diusir dari Bali

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: