Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Resmi Jabat Dirut Pertamina, Ini yang Segera Dikerjakan Nicke

Resmi Jabat Dirut Pertamina, Ini yang Segera Dikerjakan Nicke Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) kini resmi dijabat oleh Nicke Widyawati. Karenanya sebagai langkah awall, Dirut baru tersebut bakal segera merealisasikan peningkatan produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan campuran 20 persen biodiesel atau B20.

Nicke mengatakan, ada tiga kebijakan yang diamanat pemerintah kepadanya segera dikejar, di antaranya mengurangi impor, pembangunan kilang, dan implementasi B20. Meski begitu dirinya belum bisa memberi proyeksi terkait volume produksi B20 yang bisa dihasilkan Pertamina mulai bulan depan, ketika biodiesel dari Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU-BBN) masuk ke perseroan.

"Ketiganya akan dimulai pada tahun ini. Nanti angkanya masih dibicarakan," imbuhnya di Jakarta, Rabu (29/8/2018).

Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofeul Indonesia (Aprobi), MP Tumanggor, menyebutkan para perusahaan biofuel siap memasok BBN untuk campuran B20 ke Pertamina dan PT AKR Corporindo Tbk sebanyak 2,9 juta kilo liter (KL). Dengan rincian sebanyak 1,95 juta KL akan dipasok untuk B20 subsidi (Public Service Obligation/PSO) pada periode Mei-Desember 2018, masing-masing 1,91 juta KL ke Pertamina dan 40 ribu KL ke AKR. Sisanya, 715 ribu KL akan dipasok untuk B20 Non PSO pada September-Desember 2018, masing-masing 595,16 ribu KL ke Pertamina dan 120,8 ribu KL ke AKR.

"Akan didistribusikan ke enam depo, tapi tidak sekaligus semuanya. Mungkin bulan pertama sekitar 500ribu KL, bulan kedua 600 ribu KL, dan seterusnya bertahap sampai Desember," terangnya.

Rencananya, penandatanganan kontrak pengadaan pasokan dilakukan pada Sabtu (1/9/2018) antara para perusahaan BU-BBN dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Diketahui, pemerintah menambah produksi B20 untuk mengurangi impor minyak sampai akhir tahun ini. Tujuannya, agar defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) yang terlanjur mencapai 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) bisa diturunkan dan membantu stabilitas nilai tukar rupiah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: