Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI: Pertumbuhan Ekonomi Babel di Triwulan Kedua Membaik

BI: Pertumbuhan Ekonomi Babel di Triwulan Kedua Membaik Kredit Foto: Antara/Pemerintah
Warta Ekonomi, Pangkal Pinang -

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo menilai pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan kedua membaik karena didorong oleh pertumbuhan ekspor dan impor yang meningkat tajam.

"Kita lihat pertumbuhan ekonomi Babel pada triwulan kedua 2018 tercatat 4,51 persen (yoy). Ini cukup membaik diiringi pertumbuhan ekspor triwulan kedua 2018 tumbuh signifikan 10,79 persen setelah sebelumnya kontraksi 2,35 persen (yoy)," kata Dody Budi Waluyo, di Pangkalpinang, Sabtu (1/9/2018).

Namun demikian impor juga meningkat tajam 87,79 persen, dari sebelumnya 52,80 persen (yoy.

Ia mengatakan, pangsa ekspor terbesar adalah timah (81,27 persen), dan pertumbuhan ekspor meningkat seiring dengan perbaikan harga timah dunia dan realisasi ekspor timah yang di triwulan sebelumnya sempat tertahan karena belum selarasnya peraturan ekspor tambang yang baru.

"Seperti di tingkat nasional perbaikan ekspor juga diikuti dengan peningkatan impor yang cukup signifikan," ujarnya.

Di Bangka Belitung, perbaikan harga timah mendorong kenaikan tajam permintaan bahan bakar minyak, dimana impor migas tercatat meningkat signifikan 306,94 persen dibandingkan sebelumnya 158,39 persen.

Sedangkan dari sisi inflasi, inflasi Bangka Belitung pada triwulan kedua 2018 terkendali di 2,55 persen (yoy) lebih rendah dibanding inflasi nasional 3,12 persen. Upaya menurunkan defisit transaksi berjalan perlu menjadi perhatian dan membutuhkan kerjasama dari berbagai instansi terkait. Dari neraca transaksi barang, ekspor saat ini masih didominasi oleh komoditas primer, dengan laju impor yang tinggi.

"Laju impor yang tinggi ini memang diperlukan mengingat aktivitas perekonomian Indonesia yang meningkat, dengan impor barang modal dan bahan baku yang akan mendukung investasi. Dan dari sisi neraca transaksi jasa, defisit yang terjadi melebihi surplus di neraca transaksi barang, sehingga secara keseluruhan transaksi berjalan mengalami defisit," tambahnya.

"Penurunan defisit transaksi jasa diprioritaskan melalui pengembangan pariwisata. Hal ini mengingat keunggulan geografis Indonesia yang memiliki potensi pariwisata tinggi, sehingga dapat berperan menghasilkan devisa, mendorong UMKM, menyediakan lapangan kerja, dan menurunkan kemiskinan, disamping mendorong pertumbuhan ekonomi," pungkasnya. (HYS/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: