Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nilai Tukar Rupiah Bisa Pengaruhi Daya Saing Produk

Nilai Tukar Rupiah Bisa Pengaruhi Daya Saing Produk Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Pontianak -

Ketua Umum BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kalimantan Barat, Denia Abdussamad mengatakan, nilai tukar Rupiah yang terus tertekan oleh dolar AS dapat mempengaruhi daya saing produk Indonesia.

"Dengan menguatnya dolar AS terhadap rupiah tentu akan memperlemah daya saing produk Indonesia, baik domestik maupun ekspor," ujarnya di Pontianak, Senin (3/9/2018).

Ia menyebutkan, pengaruh yang ada karena disebabkan beberapa sektor industri di Indonesia sangat bergantung oleh impor bahan baku dan barang modal.

"Saat dolar AS mahal, maka biaya produksi pasti naik yang berdampak pada harga barang menjadi lebih mahal," ujar dia.

Sementara itu, lanjutnya, konsumsi domestik masih stagnan yang akan berpengaruh pada profit pengusaha yang semakin rendah.

"Jika dikatakan menguntungkan dolar AS naik bagi pengusaha sawit juga belum tentu karena ongkos produksi ikut naik. Kenaikan dolar AS ini kan juga berpengaruh terhadap BBM," terangnya.

Dengan kondisi yang ada, ia berharap pemerintah terus membuat kebijakan moneter dan fiskal yang bisa menekan lemahnya rupiah.

"Kami optimistis dengan kebijakan yang tepat, pemerintah dapat menekan lemahnya rupiah. Semoga kondisi ekonomi Indonesia terus kuat," harapnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalbar, Prijono mengatakan, setiap situasi dan kondisi, baik melemah maupun menguatnya rupiah selalu ada peluang.

"Penguatan dolar AS saat ini tidak hanya terjadi pada rupiah, namun mata uang asing negara-negara lain," papar dia.

Ia menyebutkan, dalam kondisi saat ini harus terus diupayakan substitusi impor. Menurutnya, ekspor Indonesia sebetulnya bisa lebih tinggi lagi terutama bagi industri yang tidak memiliki atau rendah konten impor.

"Hanya saja industri yang memiliki konten impor tinggi. Apalagi bila produk dijual domestik, perlu mengatur strategi," tambahnya.

Ia melanjutkan, ekspor Kalbar saat ini masih berasal dari sumber daya alam, yakni dari hasil perkebunan dan pertanian.

Potensi yang ada perlu terus didorong untuk dapat menghasilkan komoditas ekspor yang bernilai tambah tinggi dan kompetitif.

"Terkait dengan hal itu, hilirisasi menjadi isu strategis," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: