Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kemenperin Tepis Terjadi Perlambatan Industri

Kemenperin Tepis Terjadi Perlambatan Industri Kredit Foto: Cahyo Prayogo
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Perindustrian menampik tudingan bahwa Indonesia mengalami deindustrialisasi. Pasalnya, investasi sektor manufaktur dari dalam dan luar negeri masih agresif, sehingga jumlah pabrikan terus tumbuh dan terjadi peningkatan pada penyerapan tenaga kerja.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengatakan, pihaknya optimistis, sektor industri masih dan akan terus mengalami pertumbuhan.

"Apalagi, pemerintah saat ini fokus untuk mentransformasi ekonomi menuju negara yang berbasis industri," kata Ngakan di Jakarta, Senin (3/9/2018).

Menurut Ngakan, pemerintah berkomitmen menciptakan iklim invetasi yang kondusif, seperti melalui pemberian insentif fiskal dan kemudahan perizinan usaha.

"Seiring upaya tersebut, kami menjalankan kebijakan hilirisasi guna mendorong industri bisa menciptakan nilai tambah tinggi terhadap bahan baku dalam negeri, sehingga dapat menghasilkan devisa dari ekspor," tuturnya.  

Ngakan menegaskan, di mata internasional, Indonesia dipandang sebagai salah satu negara industri terbesar di dunia. Hal ini berdasarkan laporan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) yang menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-9 dunia sebagai negara penghasil nilai tambah terbesar dari sektor industri.

Selain itu, apabila dilihat dari persentase kontribusi industri, Indonesia masuk dalam jajaran 4 besar dunia.

"Indonesia juga mengalami peningkatan pada Global Competitiveness Index yang saat ini mengalami kenaikan di posisi ke-36 dari sebelumnya peringkat ke-41," imbuhnya.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan menjadi kontributor terbesar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan nilai mencapai 19,83% pada triwulan II-2018. Sementara untuk pertumbuhan industri pengolahan nonmigas berada di angka 4,41%, lebih tinggi dibandingkan capaian di periode yang sama tahun lalu sebesar 3,93%.

Adapun sektor-sektor yang menjadi penopang pertumbuhan industri pengolahan nonmigas di kuartal dua tahun ini, antara lain industri karet, barang dari karet dan plastik yang tumbuh sebesar 11,85%. Kemudian diikuti industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 11,38%.

Selanjutnya, pertumbuhan industri makanan dan minuman tembus 8,67%, serta industri tekstil dan pakaian jadi mencapai 6,39%. Kinerja dari sektor-sektor manufaktur tersebut mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.

"Sehingga sektor manufaktur sering disebut menjadi ujung tombak perekonomian Indonesia karena kontribusinya mencapai 18-20%," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: