Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pelaku Pasar Panik Rupiah Terus Melemah, IHSG Teperosok 3,33%

Pelaku Pasar Panik Rupiah Terus Melemah, IHSG Teperosok 3,33% Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok hingga 3,33% atau 196,42 poin ke level 5,708.88 di sesi I perdagangan siang ini, Rabu (5/9/2018). Hal tersebut karena para investor panik dan melepas sebagian portofolionya di saham karena masih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Chief Market Strategist Forex Time Hussein Sayed mengatakan, di sisi lain perang dagang AS dan China makin panas setelah enam bulan ini belum ada pertanda akan segera berakhir. Pasar kini memperkirakan AS akan memberlakukan tarif tambahan terhadap US$200 miliar impor China dalam waktu dekat, bahkan bisa jadi pada Kamis (6/9/2018) saat konsultasi publik berakhir.

Investor pasar uang masih berfokus pada Peso Argentina dan Lira Turki yang terjun bebas dan kehilangan sekitar separuh dari nilainya pada tahun ini.

"Walau demikian, perlu diperhatikan pula bahwa rupiah merosot ke level terendah sejak krisis keuangan Asia 1998, Rupee India, dan Sri Lanka anjlok ke rekor level terendah, dan banyak mata uang pasar berkembang laina yang terus terpukul tahun ini dan memaksa bank sentral masing-masing negara untuk bertindak," katanya, Rabu, (5/9/2018).

Ia menuturkan jika ketegangan dagang bukan satu-satunya faktor yang menekan nilai tukar mata uang pasar berkembang terhadap rupiah.

"Ini adalah akhir dari pelonggaran kuantitatif dan satu dekade suku bunga mendekati nol yang melanda pasar berkembang, situasi akan semakin memburuk apabila Federal Reserve tidak memperlambat laju pengetatan kebijakan moneternya," jelasnya.

Menurutnya, mata uang yang lebih lemah akan membuat utang berdenominasi dolar lebih sulit dibayar, perusahaan terpaksa memangkas rencana ekspansi, konsumen memperlambat konsumsi, dan risiko gagal bayar semakin meningkat.

"Satu-satunya reaksi yang dapat dilakukan pemerintah adalah menerapkan tindakan penghematan dan meningkatkan suku bunga, dan ini akan memperburuk perlambatan ekonomi," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: