Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertemuan IMF-WB Bakal Angkat 5 Isu Utama Indonesia

Pertemuan IMF-WB Bakal Angkat 5 Isu Utama Indonesia Kredit Foto: Nico Martiano Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kegiatan Pertemuan Tahunan IMF-WB pada 8-14 Oktober 2018 di Bali akan membahas lima isu utama Indonesia. Momentum tersebut menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kemajuan yang telah dicapai sebagai negara dengan perekonomian yang telah bereformasi (reformed), memiliki daya tahan (resilient), serta progresif (progressive).

Pertama, penguatan International Monetary System (IMS). Normalisasi kebijakan moneter negara maju berdampak terhadap kestabilan sistem keuangan dunia. Berbagai negara, khususnya negara berkembang, perlu memahami dampak langkah kebijakan normalisasi yang ditempuh negara maju, sehingga dapat memitigasi potensi risiko yang mungkin timbul.

"Salah satu mitigasi yang menjadi fokus bahasan adalah sinkronisasi kebijakan normalisasi yang ditempuh negara maju dan respons yang dilakukan negara berkembang melalui penguatan Global Financial Safety Net (GFSN) dengan mendorong kolaborasi antara GFSN dan Regional Financing Arrangements (RFA)," kata BI dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Kedua, ekonomi digital. Perkembangan ekonomi digital dipengaruhi oleh berbagai risiko. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan akan mengemuka dalam pembahasan pertemuan tahunan tersebut, antara lain dampak ekonomi digital terhadap perekonomian, sistem pembayaran, operasi bank sentral, serta cross-border arrangement and collaboration.

Ketiga, negara berkembang tengah menghadapi kebutuhan pembiayaan pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peran serta pihak swasta untuk mendukung pembiayaan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu kunci sukses.

"Pembahasan isu ini dalam Pertemuan Tahunan 2018 diharapkan dapat menghasilkan kerangka kebijakan yang jelas dan konsisten, tata kelola yang baik, iklim usaha yang mendukung, serta inovasi model pembiayaan infrastruktur, sehingga dapat meningkatkan peran swasta dalam pembiayaan infrastruktur," ungkap BI.

Keempat, penguatan aspek ekonomi dan keuangan syariah. Ekonomi dan keuangan syariah mempunyai peran yang cukup signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, baik di negara maju maupun negara berkembang.

Instrumen keuangan syariah, seperti sukuk maupun yang berbasis zakat dan wakaf, berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi sebagai sumber pembiayaan infrastruktur. Saat ini negara-negara Muslim di Asia dan Timur Tengah telah menyusun International Standard for WAQF yang diharapkan dapat mendukung perkembangan ekonomi keuangan syariah.

"Pertemuan Tahunan 2018 juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kemajuan dalam ekonomi dan keuangan syariah," jelas BI.

Kelima, isu-isu terkait sektor fiskal, yaitu urbanisasi, ekonomi digital, human capital, manajemen risiko bencana, perubahan iklim, dan pembiayaan infrastruktur.

Kegiatan Pertemuan Tahunan 2018 diharapkan dapat menjadi momentum strategis pembahasan isu-isu yang dihadapi berbagai negara di kawasan Asia, khususnya Indonesia, sekaligus sebagai kesempatan untuk menunjukkan perekonomian Indonesia yang reformed dan resilient.

Selanjutnya, pembahasan isu utama tersebut diharapkan dapat menghasilkan langkah-langkah signifikan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia. Diperkirakan lebih dari 15 ribu peserta dan delegasi dari 189 negara akan hadir dalam pertemuan IMF-WB 2018. Sementara ada sekitar 2.000 pertemuan yang dilakukan secara pararel.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: