Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tangkal Aksi Radikalisme, BNPT Gaet Netizen

Tangkal Aksi Radikalisme, BNPT Gaet Netizen Kredit Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Warta Ekonomi, Bandung -

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggaet sejumlah netizen khususnya blogger yang memiliki jumlah follower tinggi guna menangkal aksi radikalisme.

Kepala BNPT, Komjend Pol Suhardi Alius mengatakan perekrutan relawan anti radikalisme ini dilakukan guna memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bahaya aksinterorisme khususnya di kalangan generasi milenialnyang terkenal sering menggunakan media sosial.

"756 Orang sudah menjadi Duta Anti Radikalisme. Kita didik dari setiap kota sebanyak 60 orang. Kita seleksi melalui ujian. Para relawan ini terdiri dar bloger dan netizen yang banyak followernya,"katanya kepada wartawan di kampus Widyatama Bandung, Kamis (6/9/2018).

Suhardi mengungkapkan para relawan ini sudah tersebar di 12 kota, rerata berusia 15-25 tahun. Tugasnya menyebarkan faham-fahAm anti radikalisme dengan bahasa milenial sehingga mudah difahami oleh generasi muda. 

"Perekrutan relawan ini, terbilang efektif karena membidik kalangan anak muda. Apalagi, anak zaman now dikasih informasi bahasa milenial akan lebih kena dan nyambung," ujarnya.

Selain dari kalangan netizen, BNPT juga merekrut publik figur maupun selebritis di tanah air seperti duta anti Radikalisme yakni mantan vokalis band Cokelat Kikan, dan Ivan Slank. 

Ia menuturkan tidak sedikit dari mereka yang secara sukarela memberikan bantuannya guna mengikis aksi radikalisme. 

"Para artis atau publik figur ini menawarkan diri agar bisa membantu membasmi faham anti radikalisme," imbuhnya.

Sedangkan upaya lain dari BNPT, yaitu memonitor berbagai situs radikal contohnya penanganan kasus telegram. Namun, Suardi menilai semua upaya yang dilakukan akan terasa percuma jika tidak ada peran aktif dari masyarakat dalam menuntaskan persoalan radikalisme.

"Yang paling penting peran serta masyarakat jangan mudah menyebar informasi hoax termasuk informasi penuh kebencian," tegasnya.

Dia menyebutkan sejauh ini pola penyebaran ujaran kebencian mauoun hoax melalui kombinasi antara media sosial (online) maupun offline. Untuk itu, perlunditumbuhkan kembali jiwa nasionalisme di kalangan masyarakat. 

"Makanya sebelum menjelaskan anti radikalisme saya bahas dulu soal kebangsaan ini yag harus kita sambungkan kembali suaoaya kita mengingat sejarah,"ucapnya

Suhardi menambahkan masyarakat juga harus menerima kembali pelaku aksinterorisme maupun keluarganya sehingga kembali bisa memlnjalani kehidupan secara normal sehingga bisa kembali mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Mereka jangan dimarjinalkan karena lebih mudah untuk kemmbali ke jaringan semula. Kita rangkul mereka untuk kembali ke NKRI," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: