Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kementerian-Lembaga Pemerintah Bersinergi Jaga Sektor Keuangan

Kementerian-Lembaga Pemerintah Bersinergi Jaga Sektor Keuangan Kredit Foto: FMB9
Warta Ekonomi, Jakarta -

Staf Ahli Bidang Kebijakan Penerimaan Negara Kemenkeu Robert Leonard Marbun mengatakan bahwa Kemenkeu bersinergi dengan OJK, BI, Kemenko Pereknomian untuk mengendalikan, menjaga stabilitas, dan kepercayaan pasar. Sinergi ini sebagai upaya mengurangi dampak negatif dari faktor eksternal.

Hal itu dikatakannya dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 dengan tema Bersatu untuk Rupiah, di Ruang Serba Guna Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Senin (10/9/2018).

"Intinya, kami dari masing-masing K/L bersinergi dan melihat mengapa ini terjadi. Sehingga bagaimana ekonomi Indonesia bisa bertumbuh dan pertumbuhan ekonomi menguat," kata dia dalam rilisnya kepada redaksi Warta Ekonomi

Ia juga menerangkan jika dilihat semua negara mayoritas tumbuh, kuenya diperebutkan semua negara.

"Ekonomi Tiongkok dan India sedang tumbuh. Berarti sebaran ekonomi dunia sedang bertumbuh pula. Semua negara masih positif, pada 2019 juga masih positif, semua negara juga masih positif. Berarti kita masih akan tetap panjang nafas perekonomiannya. Bagaimana kita mengeluarkan porsi yang respontif dan antisipatif," jelasnya lagi.

Ia melanjutkan, jika dilihat nilai tukar rupiah masih landai, pergerakan rupiah lebih landai. Sementara negara lain, seperti Argentina dan Turki itu tinggi.

"Inflasi juga masih dibawah, suku bunga juga landai. Jika landai, artinya masih dipercaya investor. Tingkat suku bunga yang diberikan juga turun, bukan naik. Kepercayaan konsumen Indonesia sangat tinggi. Jadi, kami berbicara data, ini data yang terpublikasi luas. Sehingga orang luar percaya pada kita," tambahnya.

"Lalu ekspor indonesia itu masih primer. Pertumbuhan ekonomi juga masih tinggi, artinya kontribusi pertumbuhan masih bagus. Pertumbuhan ekonomi penyumbang terbesar adalah sektor primer, yaitu pertanian. Lalu dari logistik e-commerce (perdagangan online). Berikutnya dari pertumbuhan tadi, kalau pengeluaran ekspor bertumbuh 7,7%. Hanya kecepatannya diambil-alih oleh impor tadi, kebanyakan itu investasi maupun barang-barang modal yang masuk ke kita," paparnya.

Selanjutnya, ia menegaskan, ini masalah inflasi. Di mana inflasi agak naik dari makanan. mungkin karena momen Lebaran kemarin.

"Kami prediksi 2019 inflasi 3,5%. Saya ingin menekankan, pada 2016-2017 current defisit kita cukup tinggi, lalu kenapa beda dulu dan sekarang? Kalau dulu ada investasi masuk. Jadi bagaimana meyakinkan orang untuk masuk karena investor akan sangat terpengaruh dengan berita. Lalu bagaimana ekspor? Pertanian lambat, manufaktor kuat, migas kuat, artinya masing-masing sektor tumbuh, kecuali pertanian lambat," pungkasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: