Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tongkat Estafet Karyawan Second Generation RAPP

Tongkat Estafet Karyawan Second Generation RAPP Kredit Foto: RAPP
Warta Ekonomi, Pelalawan -

Memiliki karyawan yang berdedikasi dan loyal bukanlah perkara mudah bagi suatu perusahaan. Berbagai upaya dilakukan oleh perusahaan demi memiliki sumber daya manusia yang kompeten.

Tampaknya, hal tersebut tak dirasakan oleh PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Terbukti, dengan munculnya second generation yang ada di tubuh RAPP. Yang dimaksud dengan second generation, yakni anak-anak yang memutuskan untuk meneruskan langkah orang tua untuk berkarier di perusahaan yang sama. Eny Chairany, Rommy Endrawan, dan Muhammad Ingga Satria menjadi contoh nyata lahirnya second generation di perusahaan milik pengusaha Sukanto Tanoto tersebut.

Eny yang saat ini menjabat sebagai Corporate Visit Coordinator RAPP bercerita jika pada tahun 1994 sang ayah memboyong keluarganya untuk tinggal dan hidup di lingkungan RAPP, yang berada di pedalaman dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Namun, kelihaian manajemen perusahaan untuk membuat nyaman para karyawan dan keluarga berhasil membuat Eny merasa RAPP seperti rumah sendiri.

Ia menilai, apabila manajemen RAPP menyadari jika karyawan merupakan aset perusahaan. Alhasil, berbagai fasilitas terbaik disediakan perusahaan guna memenuhi kebutuhan hidup para karyawan. Berbagai fasilitas tersebut mulai dari rumah, sekolah, sarana transportasi, dan fasilitas-fasilitas penunjang lain. Hal tersebut berhasil membuat ibu satu anak ini tidak bisa pindah ke lain hati.

"Kita ini dibuat nyaman. Mau sekolah, tersedia di sini baik yang internasional maupun nasional. Kemudian fasilitas perumahan disediakan dan kita hanya perlu membawa baju saja karena semua furniture lengkap sesuai dengan grade (tipe) rumahnya. Kemudian listrik sudah dibayarkan," ujarnya kepada
Warta Ekonomi di Pelalawan, Riau, belum lama ini.

Sementara itu, Rommy yang merupakan Head Application Development RAPP mengungkapkan selain memanjakan karyawan dengan berbagai fasilitas, RAPP juga selalu berupaya untuk mendukung segala inovasi karyawan. Pria berusia 24 tahun ini menyatakan bekerja di perusahaan pulp and paper terbesar di Indonesia merupakan salah satu impian sejak lama.

Mulanya, Rommy melakukan pelatihan kerja di RAPP guna menyelesaikan pendidikan di universitas. Seiring berjalan waktu, ternyata ia diberikan kesempatan untuk bekerja di perusahaan yang sama dengan sang ayah. Kesempatan tersebut tak disia-siakan sedikit pun olehnya. Saat resmi berstatus sebagai karyawan,  Rommy yang merupakan lulusan teknik informatika ini langsung diminta untuk membuat satu aplikasi. Tak bisa dipungkiri, dengan jiwa muda yang mengalir di dalam dirinya, Rommy merasa semakin tertantang.

"Pak Anderson Tanoto itu sangat visioner dan terbuka terhadap teknologi. Jadi setiap meeting dengan beliau saya selalu ditantang: apa teknologi yang akan kita bangun?" kata Rommy.

Besarnya perhatiaan RAPP kepada karyawan pun dialami oleh Muhammad Ingga Satria. Hal itu dirasakan Ingga saat ia masih kecil kala sang ayah yang awalnya hanya seorang kontraktor kemudian diangkat menjadi karyawan di RAPP. Dari situ ia menyadari jika RAPP memang memiliki perhatian sangat besar ke karyawan. Ia pun merasakan langsung hal tersebut. Ingga berhasil mencicipi bangku kuliah setelah memperoleh beasiswa yang diberikan oleh Tanoto Foundation yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan sang istri.

Ia menjelaskan dirinya memiliki ikatan dinas dengan RAPP karena beasiswa tersebut. Namun, setelah terjun langsung ia merasa banyak sekali pelajaran yang harus diserap di RAPP. Alhasil, meski kini ikatan dinas tersebut sudah berakhir tetapi ia memilih untuk terus memperdalam kemampuan di perusahaan.

"Jadi, kenapa saya bertahan setelah ikatan dinas? Banyak yang harus didalami lagi dari sini," akunya.

Ketiganya kompak menyatakan bila menjadi second generation bukanlah sesuatu yang mudah. Karena tak bisa dipungkiri, ada tuduhan terjadi nepotisme. Namun, ketiganya berhasil menepis tuduhan tersebut dengan prestasi yang ditorehkan. Eny untuk mencapai posisi Corporate Visit Coordinator harus berjuang selama 10 tahun.

Posisi menjadi Head Application Development yang diemban Rommy juga diperoleh melalui pejuangan yang tak mudah. Setiap hari ia harus terus melakukan inovasi demi kemajuan perusahaan. Bahkan, Ingga harus bekerja sebagai pekerja lapangan sebelum dipercaya untuk mengemban pekerjaan Distribusi Control System RAPP.

Selain itu, ketiganya sepakat jika predikat second generation merupakan cambuk bagi ketiganya agar bisa berprestasi melebihi torehan para orang tua. Hingga saat ini ketiganya masih terus berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi RAPP.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: