Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Indonesia Diperkirakan Tumbuh 5,14-5,21%

Ekonomi Indonesia Diperkirakan Tumbuh 5,14-5,21% Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 pada kisaran 5,14-5,21% seiring dengan masih besarnya ketidakpastian global yang sangat berpengaruh pada perekonomian negara-negara berkembang.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I-2018 baru mencapai 5,17%. Pada triwulan I tumbuh 5,06% dan triwulan II 5,27%. Sementara pada triwulan III ekonomi diperkirakan tumbuh di kisaran 5,13-5,25% dan pada triwulan III di kisaran 5,1-5,23%.

"Total seluruh 2018, proyeksi kami dalam range 5,14-5,21%," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI membahas asumsi makro RAPBN 2019 di Jakarta, Kamis (13/9/2018).

Menurut Sri Mulyani, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh di level 5,2% dengan dinamika ekonomi global yang terjadi. Konsumsi diprediksi masih akan tumbuh di atas 5% di paruh kedua tahun ini.

Sementara itu, investasi diyakini akan tumbuh lebih tinggi lagi dibandingkan triwulan kedua yang sempat menurun dibandingkan triwulan pertama.

"PMTB yang merupakan investasi di Q2 cukup turun. Tadinya kami lihat bisa di atas 7%, namun tidak terjadi karena dampak libur yang cukup panjang. Investasi akan recover dekati 7%, 6,7-6,9%," kata Sri Mulyani.

Selain itu, ekspor diperkirakan akan tetap stabil dan berada di kisaran 7%. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, pada triwulan kedua lalu banyak importir melakukan penundaan impor.

"Jadi Q3 impor masih cukup tinggi, meski mulai merendah karena depresiasi rupiah," ujar Sri Mulyani.

Kendati demikian, lanjutnya, proyeksi tersebut bisa saja meleset menjadi lebih rendah karena ada risiko yang merugikan atau downside risks-nya, antara lain menurunnya impor akibat dari tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Downside risks-nya adalah kemungkinan growth bisa meleset ke 5,15% karena impor makin melemah karena depresiasi rupiah. Investasi dan konsumsi akan terpengaruh. Kalau itu terjadi, ekonomi turun ke 5,15%," kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: