Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penguatan Rupiah Imbas dari Perbaikan Situasi Dagang

Penguatan Rupiah Imbas dari Perbaikan Situasi Dagang Kredit Foto: REUTERS/Edgar Su
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kelegaan terasa di berbagai pasar finansial karena berita terkini bahwa Amerika Serikat mengajukan negosiasi dagang baru dengan China. Amerika Serikat bersama Kanada juga semakin mendekati kesepakatan dagang, yang membuat Dolar melemah terhadap mata uang lainnya.

Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, mengatakan bahwa Ketegangan dagang sejak lama terlihat sebagai faktor pendorong apresiasi Dolar, dan indikasi bahwa pemerintahan Trump sudah tidak terlalu agresif memicu ketegangan dagang dianggap negatif untuk Dolar. Yuan China menguat karena berita bahwa Washington berkomunikasi dengan Beijing untuk melanjutkan negosiasi dagang, dan berbagai mata uang pasar berkembang Asia juga menguat karena peningkatan selera risiko.

“Ini bukan pertama kalinya kita melihat optimisme karena negosiasi Washington dan Beijing, yang kemudian justru meningkatkan ketegangan dagang, namun investor sepertinya ingin tetap optimis bahwa kesepakatan mengenai masalah yang telah berlarut-larut ini dapat segera tercapai. Wacana ini secara umum adalah langkah positif karena kedua belah pihak bersedia untuk mengurangi ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia,” ujarnya di Jakarta, Jumat (14/09/2018). 

Di Indonesia, Rupiah sedikit menguat karena optimisme terhadap membaiknya hubungan AS China dan Dolar yang melemah. Walaupun Rupiah dapat semakin menguat di jangka pendek, namun peningkatannya tetap terancam oleh berbagai faktor eksternal. Pasalnya, Federal Reserve diperkirakan akan meningkatkan suku bunga bulan ini dan gejolak di pasar berkembang membebani sentimen pasar, sehingga Rupiah tetap rentan melemah.

“Bank Indonesia sudah meningkatkan suku bunga empat kali sejak pertengahan Mei sebagai upaya untuk mencegah Rupiah semakin melemah. Ada kemungkinan bahwa BI akan bertindak lagi tahun ini, terutama mengingat bahwa AS masih mungkin meningkatkan suku bunga dua kali lagi. Walaupun kenaikan suku bunga BI dapat membantu Rupiah, namun tindakan ini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Di bagian dunia lainnya, Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang mayor karena data ekonomi yang mengecewakan mengurangi ekspektasi potensi kenaikan suku bunga AS di bulan Desember. Ketegangan dagang tetap menjadi faktor penggerak utama untuk Dolar di jangka menengah dan jangka panjang. 

“Indikasi optimisme mengenai perdagangan akan dianggap mendorong peningkatan sentimen risiko, dan dapat membuat investor untuk mengurangi kepemilikan safe haven yaitu Dolar,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: