Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

300 Pohon Merawan Dikonservasi

300 Pohon Merawan Dikonservasi Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebanyak 300 tanaman lokal khas asal Sumatera Selatan (Sumsel) yakni pohon merawan dikonservasi sebagai upaya untuk mempertahankan ciri khas dan ekosistem wilayah setempat.

General Manajer PT Pertamina EP Asset 2, Asrti Pujianto, ketika dihubungi di Jakarta, Sabtu, mengatakan, pihaknya bersama Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) menanam 300 pohon merawan di Kompleks Pertamina, Prabumulih, Sumatera Selatan.

"Upaya ini kami harapkan mampu mengembalikan ekosistem daerah tersebut yang dulu kala dikenal sebagai penghasil kayu merawan yang bernama latin Hopea mengarawan," katanya.

Ia mengatakan, program konservasi keanekaragaman hayati tanaman merawan diikuti 200.000 orang pegawai dan keluarga Pertamina.

"Ini juga merupakan komitmen Pertamina untuk melestarikan plasma nutfah lokal Prabumulih agar lestari di tengah merosotnya keanekaragaman hayati lokal," kata Astri.

Sementara itu Direktur INAgri, Syahroni, mengatakan pelestarian lingkungan dan pengembangan sumberdaya lokal dan pedesaan memang idealnya mengikuti asal usul nama wilayah atau toponim.

"Misal, daerah bernama 'Pondok Kopi' harus punya kebun kopi sebagai pengingat. Di Sumsel banyak sekali nama daerah dari nama tanaman seperti rambai, rambutan, dan kelapa. Di Prabumulih sendiri contoh desa dengan nama tanaman seperti Payo Putat, Anak Petai, Sungai Medang," kata Syahroni.

Pihaknya bersama penduduk lokal terus mengidentifikasi tanaman lokal untuk dimuliakan, dibibitkan, dan ditanam sebagai penghijauan terutama yang bernilai ekonomis dan ekologis.

Kayu merawan yang berumur di atas 35 tahun biasa dimanfaatkan penduduk sebagai bahan bangunan berupa tiang dan papan termasuk bahan untuk kayu kapal.

Kayu merawan mampu bertahan hingga 100 tahun sehingga rumah dan kapal penduduk yang terbuat dari kayu itu dapat bertahan hingga lebih dari satu abad.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: