Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

4 Perilaku Wirausaha di Luar Perilaku Non-Wirausaha

4 Perilaku Wirausaha di Luar Perilaku Non-Wirausaha Kredit Foto: Unsplash/Bram
Warta Ekonomi, Jakarta -

Terkadang, dapat terlihat bahwa wirausahawan memiliki gen ekstra—lahir dengan kekuatan super yang membuat mereka berbeda dan lebih inovatif daripada orang lain. Tapi, itu bukan kasusnya.

Tidak ada perbedaan antara komposisi otak seorang pengusaha dan non-wirausaha. Pengusaha hanya melatih otak mereka untuk mengadopsi pola pikir tertentu yang membuat mereka mendekati dunia dengan cara yang kreatif. Apakah Anda siap untuk berpikir secara berbeda?

Berikut adalah empat ciri penting dari wirausaha yang baik yang dapat Anda tiru:

1. Mereka dapat menjadikan kendala sebagai peluang usaha

Sudah dikatakan bahwa "kebutuhan adalah ibu dari penemuan." Bagi seorang pengusaha, ketika mereka melihat masalah atau ketidakefisienan, pikiran mereka dengan cepat mulai membangun solusi kreatif. Ini adalah bagaimana mereka terinspirasi untuk menciptakan produk atau layanan inovatif.

Misalnya, apakah Anda tahu bahwa pembuka kaleng pertama tidak ditemukan sampai sekitar 50 tahun setelah kaleng ditemukan? Setelah bertahun-tahun membuka kaleng dengan palu dan pahat, butuh seseorang dengan semangat kewirausahaan untuk menciptakan alat untuk memudahkan proses membuka kaleng. Sementara pembuka kaleng pertama tidak langsung lepas, desain akhirnya berevolusi menjadi pembuka kaleng modern yang masih digunakan hingga saat ini.

Melihat peluang dalam kendala sehari-hari adalah ciri khas pengusaha. Siapa yang tahu apa yang mungkin Anda impikan jika Anda mengubah mindset Anda menjadi salah satu peluang.

2. Mereka menekankan pada peningkatan

Sebagai pembicara motivasi, Jim Rohn mengatakan, "Tingkat kesuksesan Anda, jarang akan melampaui tingkat perkembangan pribadi Anda, karena kesuksesan adalah sesuatu yang Anda tarik oleh orang yang Anda mau jadikan sukses bersama."

Pengusaha sejati bukanlah tipe yang harus mengangkat bahu dan berkata "cukup baik". Mereka terus berusaha meningkatkan kehidupan mereka dan dunia di sekitar mereka dengan cara apa pun lebih baik.

Untuk mendorong peningkatan diri, seorang wirausahawan mungkin menyimpan catatan kerja atau jurnal di mana mereka merinci apa yang mereka lakukan sepanjang hari dan hasil usaha mereka. Seiring waktu, mereka akan dapat melihat kembali dan melihat tren dalam produktivitas mereka dan jenis upaya apa yang menghasilkan hasil terbaik. Ini memungkinkan mereka untuk mengubah jadwal mereka atau mengubah proses dengan cara yang merampingkan pekerjaan mereka dan membuatnya lebih efektif.

3. Mereka tidak takut dengan ketidakpastian

Menurut para peneliti Harvard Business School, salah satu ciri utama kewirausahaan adalah kenyamanan dengan ketidakpastian. Mengukur keterampilan dan perilaku yang terkait dengan mampu memindahkan agenda bisnis ke depan dalam menghadapi keadaan yang tidak pasti dan ambigu.

Bagi wirausahawan, rasa takut dan iman tidak bisa hidup berdampingan. Ini tidak berarti mereka sembrono atau tidak sadar akan risiko. Lebih dari itu mereka memiliki keyakinan yang melekat pada apa yang mereka lakukan sehingga mereka dapat berkuasa melalui rintangan ini. Mereka mampu membidik impian dan keinginan mereka sampai titik di mana mereka begitu terfokus sehingga rasa takut tidak dapat menahan mereka.

Untuk mengadopsi pola pikir yang tanpa rasa takut, pengusaha harus memiliki tujuan yang sangat jelas. Ini memungkinkan mereka untuk memetakan rencana bagaimana cara mencapainya. Ya, mereka mungkin menyimpang dari jalur, tetapi pada akhirnya mereka mampu mempertahankan keyakinan mereka dan bergerak maju dengan percaya diri ke arah impian mereka.

4. Mereka memberi dengan bebas

Sebagai seorang wirausahawan, ada banyak nilai dalam mengadopsi pola pikir kemurahan hati. Seperti yang dilaporkan oleh Harvard Business Review, kemurahan hati mungkin menjadi salah satu kunci sukses terbesar untuk bisnis besar seperti Nordstrom dan Netflix.

Ini juga berlaku untuk skala yang lebih kecil. Pengusaha tahu bahwa ketika mereka memberi kepada orang lain, mereka berinvestasi dalam diri mereka juga. Misalnya, jika mereka bertindak sebagai mentor bagi seseorang yang kurang berpengalaman, mereka mengakui bahwa mereka berdiri untuk mendapatkan perspektif tentang karier mereka sendiri, dan mereka berpotensi dapat berubah menjadi karyawan atau kolega yang hebat di kemudian hari.

Namun, pengusaha mengakui bahwa kadang-kadang manfaat kedermawanan tidak berwujud. Ini lebih tentang timbale balik. Dengan memperlakukan orang dengan rasa hormat dan bersikap terbuka untuk membantu mereka, para pengusaha lebih mungkin menerima dukungan sebagai imbalan ketika mereka membutuhkannya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: