Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Cara Para Founder Perusahaan Tentukan Gaji

Ini Cara Para Founder Perusahaan Tentukan Gaji Kredit Foto: Unsplash/William
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cara menghasilkan pendapatan oleh seorang founder tentu berbeda dengan cara seorang karyawan. Ketika kamu memutuskan memulai bisnis, maka gaji besar dan pendapatan stabil yang biasa kamu dapatkan dari tempatmu bekerja sebelumnya harus bisa kamu relakan.

Banyak pertanyaan pun bermunculan, seperti "Apakah ini berarti saya harus menunggu hingga akhir tahun untuk menerima gaji?", "Bagaimana saya membayar kebutuhan sehari-hari?", kekhawatiran tersebut tentu menjadi hal yang biasa dirasakan seorang founder saat memulai usaha.

Founder and chief strategist dari perusahaan UpSmart Strategy Consulting Inc, Filbert Richerd Ng Tsai menemukan skema dalam menggaji karyawan. Berikut skema gaji para founder yang dapat dibuat dengan lebih terstruktur menurut Filbert Richerd Ng Tsai sebagaimana dikutip dari TechInAsia.com.

Gaji pokok founder

Berikut adalah gambaran cara founder dapat menggaji dirinya sendiri. Pada dasarnya, ada dua jenis skema pembayaran, untuk pekerjaan dan investasi.

Pembayaran untuk pekerjaan biasanya berwujud gaji. Karena para founder bekerja untuk startup yang ia bangun, tentu saja menerima kompensasi berupa gaji merupakan hal yang lumrah. Namun menentukan besar gaji tidak mudah, beberapa founder bahkan menghancurkan persahabatan di antara para co-founder karena perkara ini.

Pembayaran untuk investasi biasanya dilakukan dalam bentuk dividen. Bentuk paling sederhana pembagian dividen, yaitu dengan membagi rata berdasarkan nilai saham yang dimiliki investor. Cara ini relatif lebih mudah karena masing-masing orang mengetahui nilai saham yang dimiliki setiap pihak.

Namun, jika kamu tidak mengetahui nilai saham yang kamu punya atau jumlah saham yang beredar untuk startup milikmu, kamu sebaiknya mulai khawatir dan pikirkan lagi tentang bisnis yang kamu jalankan.

  • Pembayaran untuk pekerjaan

Mendapat gaji pada akhir bulan merupakan hal yang lazim saat kamu bekerja di suatu perusahaan. Hal ini diajarkan di sekolah dan ini juga yang kamu alami ketika bekerja untuk orang lain. Kamu sebaiknya tidak mematok gaji yang tinggi untuk dirimu sendiri. Metode ini tidaklah efisien, berikut alasannya.

Membuat struktur skema pembayaran atas kerjamu

Berdasarkan pengalaman Filbert, tidak ada satu solusi sempurna yang bisa diterapkan di semua kondisi. Meski demikian, ada beberapa hal mendasar yang patut kamu ketahui. Susun skema gaji kamu menjadi dua bagian, gaji pokok dan gaji berdasarkan performa kerja.

Apa perbedaan di antara keduanya? Gaji pokok merepresentasikan gaji minimum untuk kamu dan para co-founder lain (dengan asumsi kalian bekerja di startup tersebut). Sementara skema gaji berdasarkan performa berhubungan dengan kinerjamu dan para co-founder selama bulan, seperempat tahun, atau setahun masa kerja.

Mengapa skema ini?

Pertama, gaji bisa membuatmu dan para co-founder kehilangan motivasi untuk bekerja lebih keras. Jika semua orang mendapatkan jumlah gaji yang sama setiap bulan, kamu akan mulai meragukan beban kerja kolega lain. Dalam hitungan tahun, kamu akan mulai meragukan hubungan kalian, dan pada akhirnya perusahaan mulai tumbang karena ketidakpercayaan.

Kedua, dengan berfokus pada pembayaran berdasarkan performa, setiap individu akan bekerja menuju satu arah bisnis yang sama. Tidak ada tebak-tebakan berkat sistem scorecard (rekam jejak statistik untuk mengukur pencapaian kinerja seseorang). Tidak ada keraguan karena semua jelas terukur dan telah disepakati.

Dan tentu saja, skema pembayaran berdasarkan performa seharusnya sejalan dengan pendapatan dan dana yang startup-mu miliki. Jika kamu membayar dengan angka yang besar untuk kinerja tertentu, bisa jadi performa tersebut hanya bertahan sementara waktu.

  • Pembayaran untuk investasi

Ketika berbicara tentang pembayaran karena investasi, biasanya kita akan langsung menghubungkan hal ini dengan dividen. Ya, saat itu investasi yang kamu terima masuk jadi modal perusahaan.

Sebenarnya ada banyak cara melakukan investasi di suatu perusahaan. Jenis investasi yang bisa kamu gunakan untuk membangun startup milikmu, antara lain yang memungkinkan investor memperoleh hak suara, mendapatkan jaminan pengembalian, pendapatan bunga, dan lain-lain.

Instrumen ekuitas adalah aspek penting yang perlu dipahami para founder. Hal ini dapat membantumu menciptakan skema manfaat bagi karyawan dan distribusi keuntungan.

Dan tentu saja, dalam kasus-kasus tertentu, investor pihak ketiga sebenarnya tidak perlu mendapatkan hak suara, bukan? Dengan mengetahui perbedaan saham dan apa saja yang melekat padanya akan membantumu membuat kesepakatan yang lebih baik.

Mengawinkan keuntungan dengan kepemilikan saham

Ciptakan rasa percaya sebagai fondasi untuk memotivasi kamu, para co-founder, dan bahkan karyawan. Kepercayaan tidak bisa dinilai dengan uang, sehingga harus diubah menjadi suatu yang nyata atau sepadan agar berjalan dalam jangka waktu lama.

Bonus kepemilikan saham sudah ada sejak lama. Banyak startup mengizinkan karyawannya untuk menerima bagian saham perusahaan dengan ketentuan tertentu (secara teknis, hal ini disebut vesting, yaitu saham perusahaan yang dimiliki karyawan, baik saat masih bekerja di perusahaan tersebut atau sudah keluar).

Mengapa bonus saham? Karena dapat memberikan rasa kepemilikan, sehingga mendorong mereka menginvestasikan lebih banyak waktu dan usaha ke bisnis. Tentu saja, untuk para founder agar lebih keras lagi dalam bekerja. Pemberian gaji berdasarkan performa kerja bukan berarti selalu dalam bentuk tunai.

Bukankah akan terasa lebih bermakna jika kamu mendapatkan lebih banyak "kepemilikan" setelah bekerja keras? Namun tetaplah berhati-hati terhadap pembagian saham tersebut.

Ada banyak cara menyusun skema gaji. Pikirkan dan pelajari lagi dengan lebih mendalam. Prosesnya mungkin akan melibatkan banyak bidang ilmu, seperti akuntansi, keuangan, hukum, ekonomi, dan manajemen sumber daya manusia yang sulit.

Baca Juga: Kasus DBD di Bali Melonjak di Awal Tahun, Tembus 1.566 Kasus!

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: