Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menghitung Hari Menuju Ajang Pertemuan Ekonomi Terbesar di Dunia

Menghitung Hari Menuju Ajang Pertemuan Ekonomi Terbesar di Dunia Kredit Foto: Reuters/Yuri Gripas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kurang dari 20 hari lagi, sebuah gelaran pertemuan ekonomi yang disebut sebagai yang terbesar di dunia akan dihelat di Indonesia, tepatnya di Kawasan Nusa Dua, Bali.

Sebuah ajang tahunan yang mulai diselenggarakan 72 tahun lalu dan diikuti ribuan hingga belasan ribu peserta dari 189 negara. Ajang itu bernama Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional dan Grup Bank Dunia, atau dalam bahasa Inggrisnya "The Annual Meetings of the International Monetary Fund (IMF) and the World Bank Group".

Pertemuan IMF-Bank Dunia sendiri normalnya digelar sekali setahun oleh Dewan Gubernur IMF dan Bank Dunia, pada September atau Oktober, untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini. Pada tahun pertama dan kedua, pertemuan biasanya dilaksanakan di Washington yang menjadi markas keduanya. Namun di tahun ketiga, pertemuan dilakukan di negara anggota.

Terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan IMF-Bank Dunia sendiri juga tidak bisa dibilang mudah. Empat tahun lalu, Indonesia harus memulai dengan pengutaraan minat menjadi tuan rumah dan menyerahkan proposal. Selama enam bulan, dilakukan proses penawaran (bidding) dan penilaian dari IMF-Bank Dunia. Sampai akhirnya pada Oktober 2015, Indonesia resmi ditunjuk sebagai tuan rumah pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018, mengalahkan Senegal dan Mesir. Sebuah kesempatan langka yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah melakukan kajian, pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali dapat memberikan dampak sebesar 0,64% terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut.

Pertumbuhan ekonomi Bali yang diasumsikan hanya tumbuh 5,9%, dengan adanya perhelatan tersebut akan menjadi 6,54% pada akhir 2018. Tambahan pertumbuhan sebesar 0,64% ituu berasal dari pertumbuhan sektor konstruksi 0,26%, pertumbuhan sektor lain-lain 0,21%, pertumbuhan sektor hotel 0,12%, dan pertumbuhan sektor makanan dan minuman 0,05%.

Sedangkan dampak tidak langsung, yaitu adanya kenaikan nilai PDRB riil sebesar Rp894 miliar pada 2018, untuk menambah secara keseluruhan PDRB riil Bali sebesar Rp1,2 triliun pada periode 2017-2019. Keuntungan ekonomi tersebut antara lain berasal dari kegiatan tahapan penyiapan infrastruktur yang investasinya mencapai Rp3 triliun, pengeluaran belanja dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun serta penyelenggaraan acara pertemuan.

Pertemuan itu juga disebut menciptakan kesempatan kerja, yaitu sebanyak 32.700 orang dan meningkatkan upah riil sebesar 1,13 persen serta kesempatan kerja rata-rata 1,26 persen. Secara total, pertemuan itu memberikan dampak kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun sepanjang 2017-2018, yang antara lain terdiri dari kegiatan konstruksi infrastruktur dan penyiapan kawasan wisata Rp3 triliun, hotel dan akomodasi Rp0,9 triliun dan perdagangan Rp0,8 triliun.

Perhitungan dampak ekonomi itu dilakukan dengan perkiraan sebanyak 19.800 peserta yang terdiri atas 5.050 delegasi dan 14.750 nondelegasi yang akan menghadiri pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. Perhitungan tersebut juga mempertimbangkan rata-rata tinggal para peserta selama sembilan hari dengan kemungkinan pengeluaran para delegasi sebesar US$150 per hari diluar akomodasi maupun biaya perjalanan lainnya.

Berkaca pada pengalaman sebelumnya ketika Bali menjadi tuan rumah APEC pada 2013, tingkat perekonomian di kawasan tercatat meningkat rata-rata tumbuh di atas 6,5%, dengan sektor yang tercatat paling tumbuh positif antara lain konstruksi, akomodasi maupun makanan dan minuman.

Dari sisi investasi, pemerintah akan memanfaatkan pertemuan di Bali tersebut untuk menawarkan kesempatan investasi sebesar US$42,2 miliar kepada investor. Model investasi yang ditawarkan pemerintah antara lain penanaman modal langsung berupa kemitraan strategis sebesar US$6,6 miliar untuk 13 proyek, partisipasi ekuitas US$21,2 miliar untuk 45 proyek maupun pembiayaan proyek US$11,6 miliar untuk 19 proyek.

Selain itu, model investasi lainnya adalah investasi ke pasar modal berupa obligasi domestik (Medium Term Notes/MTN) sebesar US$748 juta untuk dua proyek, obligasi proyek US$1,2 miliar untuk satu proyek dan dana infrastruktur US$852 juta untuk empat proyek. Sektor yang ditawarkan tersebut mencakup investasi dalam bidang energi listrik, minyak dan gas, manufaktur, telekomunikasi, konstruksi dan infrastruktur, transportasi, pelabuhan laut, bandar udara, properti dan real estat, pariwisata dan perhotelan, pertahanan keamanan dan pasar modal.

Hingga saat ini, persiapan penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018 diklaim oleh pemerintah telah mencapai 95%. IMF pun menilai persiapan sudah berjalan sangat baik dan diyakini dapat menghasilkan pertemuan yang sukses.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: