Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Tenongan, Menjawab Tantangan Usaha Tanpa Modal

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Bisnis Tenongan, Menjawab Tantangan Usaha Tanpa Modal Kredit Foto: Leila
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pagi ini, saya lihat kondisi ibu saya berangsur membaik. Wajahnya mulai cerah dan memerah. Mungkin sudah tidak stres lagi karena sudah dipindahkan dari ruang ICU Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, ke ruangan barunya. Lega rasanya, karena sudah bisa ditunggu keluarga. Dari hasil pemeriksaan lab, ibu terdiagnosis mengalami perlemakan jantung sebagai akibat dari pola makan yang salah.

Tidak salah memang, karena soal makan, ibu tidak berpantang makanan apapun. Ketika mendengar ibu masuk rumah sakit, saya langsung ke Solo mengajak istri dan anak. Kekhawatiran itu wajar, karena baru sekali ini ibu masuk rumah sakit. Sambil menunggu dokter, saya baca informasi penyakit jantung di dinding.

Tiba-tiba anak perempuan saya mendekati dan berbisik: pak, perutku lapar, cari makanan yuk. Istriku yang duduk di sebelah menimpali. "Ke kantin saja, mungkin banyak pilihan. Akuu di sini saja menunggu eyang."

Mendengarnya, eyang putri nyletuk: kalau enggak mau roti, ada banyak kue-kue basah model tenongan kok. "Tenongan apa sih, pak?" tanya anakku.

Sambil keluar ruangan saya jelaskan apa yang dimaksud dengan tenongan. Tenongan merupakan wadah yang terbuat dari bambu dengan teknik anyaman atau semacam tampah tapi berukuran lebih tinggi. Dahulu tenongan berfungsi sebagai tempat kue basah yang dijajakan secara berkeliling dari kampung ke kampung. Tenongan ini mengingatkan masa kecil saya pada Mbok Jogo, penjual tenongan keliling di Sempon, Kampung Baru, Solo. Ia selalu ditunggu orang setiap harinya. Luar biasa, ia termasuk orang penting tanpa jabatan karena kehadirannya selalu dinantikan orang sekampung.

Itu karena Mbok Jogo selalu membawa beragam kue tradisional yang dijajakan setiap jam 8 pagi. Jika barang dagangan sudah digelar maka pembeli berdatangan seperti terkena magnet. Dalam waktu tidak lebih dari dua jam, kue-kue di tenongannya ludes. Masing-masing orang termasuk saya punya makanan klangenan. Kue favorit saya waktu kecil adalah kue kompia. Kuenya terbuat dari gandum, agak keras, rasanya sedikit asin, dan gurih karena di atasnya ditaburi wijen (hampir mirip bagel yang ada di hotel-hotel sekarang).

Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan tenongan sudah mulai jarang terlihat. Jikapun ada, tenongan itu sudah banyak dimodifikasi. Salah satunya dibuat dari alumunium agar awet dan mudah dibawa ke mana-mana, tidak gampang rusak.

Saat ini tenongan lebih dikenal sebagai jajanan pasar. Jajanan pasar adalah jenis kue-kue tradisional yang biasanya hanya dijual di pasar-pasar seperti klepon, serabi, bolu, kue mangkok yang sering dijumpai di acara sedekahan, kenduri, acara keluarga dll. Jajanan pasar lainnya ada yang disebut dengan istilah lenjongan, terdiri dari beberapa makanan, antara lain gethuk, sawut, klepon, ketan ireng, tiwul. Juga makanan yang cara pembuatannya dikukus dan dibungkus daun pisang seperti (1) meniran atau makanan yang dibuat dari menir atau bulir-bulir beras yang dikukus bersama santan. Rasanya gurih, empuk, lembut, lezat, melted jadi satu.

(2) Awuk-awuk sagu mutiara yang dibuat dari sagu mutiara dan dicampur parutan kelapa kemudian dikukus. (3) Nagasari adalah makanan yang dibuat dari tepung beras disisipi irisan pisang. (4) Mendut atau makanan dari tepung dengan santan yang di dalamnya diisi parutan kelapa dicampur gula jawa. (5) Jongkong adalah makanan yang dibuat dari tepung yang di dalamnya diisi gula jawa cair.

Ada beberapa ciri yang menonjol dari jajanan pasar tradisional. Pertama, menggunakan daun pisang sebagai pembungkus. Wadah daun pisang ini masih kita jumpai dan menandakan begitu banyak ragam produk budaya kita yang sangat kreatif dan ramah lingkungan. Budaya tradisi tidak hanya sekedar memiliki nilai filosofi, namun memiliki nilai ilmu pengetahun yang dapat membantu kehidupan sehari-hari (konsep ramah lingkungan).

Kedua, harga relatif murah. Dengan harganya ini, jajanan pasar akan tetap diminati masyarakat sehingga permintaan di pasaran pun meningkat. Ketiga, banyak penjual jajanan pasar yang berjualan di pinggir jalan, bahkan boleh dikatakan bertambah. Mereka biasanya membuka lapak di pinggir jalan raya utama atau jalan besar. Keempat, penikmatnya berasal dari semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua.

Kelima, makanan tradisonal dan rasanya pas di lidah sehingga membuat jajanan ini sangat digemari oleh banyak orang dan mungkin bisa menggantikan makanan modern seperti bakery atau cake. Keenam, memiliki peluang bisnis yang masih layak dan berpeluang untuk dijalankan sebagai penghasil uang.

Bagaimana kiat sukses memulai bisnis jajanan pasar? Untuk memulainya diperlukan beberapa hal berikut (1) Memiliki keterampilan membuat aneka macam jajanan pasar yang lezat dan memiliki pembeda rasa atau rasanya khas. (2) Memiliki jaringan pemasaran yang luas meliputi toko-toko penjual dan para penjual jajanan pasar serta langganan tetap. (3) Memproduksi hanya jajanan pasar yang laris di pasaran sehingga memungkinkan terjual lebih besar. (4) Memasang harga jajanan pasar yang lebih rendah daripada harga yang ditawarkan para pesaing.

(5) Memberikan bonus khusus bagi jaringan pemasaran yang bisa menjual lebih banyak atau sesuai target. (6). Memasarkan jajanan pasar di minimarket dan supermarket apabila sudah cukup berkembang agar target konsumen yang dicapai bisa semakin luas.

Jika bisnis jajanan pasar sudah mulai berjalan, bagaimana mengembangkan bisnis jajanan pasar ini? Pertama-tama, harus mencari tempat lokasi berjualan yang strategis. Kemudian, menggunakan peralatan yang menarik untuk mendukung penjualan. Lalu, membuat inovasi yang bervariasi seperti dari rasa, jenis dan model kue tersebut. Selanjutnya, melakukan promosi misal dengan membuat spanduk yang bisa terbaca oleh masyarakat, membagikan brosur, kartu nama ke tempat keramaian.

Perlu diketahui, jajanan pasar ini memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti (1) setiap orang punya hobi 3N, yaitu ngeteh atau minum teh hangat tiap pagi hari atau sore hari. Tapi umumnya dilakukan di pagi hari sebelum makan nasi (khususnya masyarakat di Pulau Jawa). Budaya tersebut kurang lengkap rasanya tanpa kehadiran camilan yang berupa kue-kue basah atau jajanan pasar. Ngopi atau minum kopi setiap pagi atau sore hari. Kemudian ngemil entah itu makanan ringan atau jajanan pasar. Hobi inilah yang menjadi prospek bisnis jajanan pasar.

(2) jajanan pasar biasanya merupakan jajanan yang masih tradional sehingga belum banyak diolah dan dikembangkan menjadi jajanan pasar yang eye catching dan madol (memiliki nilai jual). (3) Bisnis jajanan pasar bisa dilakukan tanpa modal dan tanpa risiko.

Bagaimana caranya? Bisnis tenongan dapat dilakukan dengan modal sedikit dan risiko sedikit. Bahkan dapat dilakukan tanpa modal dan tanpa mengikat waktu serta tanpa risiko sama sekali. Peluang-peluang inilah yang bisa dimanfaatkan menjadi sebuah bisnis. Kita tentu berpendapat bukannya repot harus membuat aneka jajanan pasar sendiri dan ada risiko jika tidak laku?

Memang benar jika kita membuat sendiri, namun ada cara lain yang lebih mudah dan tanpa risiko yaitu Anda cukup berperan sebagai penjual (reseller) sedangkan jajanan dipasok dari para pengusaha kecil jajanan pasar yang mengadopsi sistem titip. Kita cukup menyediakan tempat dan peralatan. Kunci keberhasilan bisnis ini terletak dari posisi tempat berjualan. Jika strategis artinya tempat ramai orang atau tempat berkumpulnya orang misalnya pasar, perumahan, sekolah, perempatan, dan jumlah pemasok yang mau menitipkan jajanan.

Kelebihan bisnis ini adalah tidak memerlukan modal yang besar alias bisnis modal kecil. Peralatannya juga cukup menyediakan meja panjang dan jam operasional cukup singkat yaitu pagi hari antara jam 6 sampai 9 pagi sehingga cocok sekali untuk dijadikan usaha sampingan.

Meskipun bisnis jajanan pasar terlihat mudah, namun bukan berarti tanpa tantangan. Mencari lokasi yang ramai pembeli tidaklah mudah. Kita harus bisa meyakinkan pemasok jajanan pasar jika lokasi berjualan cukup potensial sehingga pemasok mau menitipkan jajanan pasar. Ketepatan waktu pemasok mengirimkan jajanan juga menjadi faktor penting. Jika kesiangan tentu menjadi tidak berarti karena waktu jualan hanya sebentar. Selain itu, karena bisnis ini mudah dilakukan oleh siapapun maka setiap pebisnis harus siap menghadapi persaingan.

Untuk itu, survei pasar sangat diperlukan karena dengan survei tersebut kita dapat mengetahui jajanan apa yang paling laris dan disukai di pasar. Survei pasar juga dibutuhkan untuk merinci target pasar termasuk mencari dan menemukan supplier jajanan pasar yang mau menjual jajanan pasar.

Bagaimana mungkin? Cara pertama dapat dilakukan, pedagang tenongan membeli makanan-makanan kecil di pasar atau jajanan pasar sesuai modal. Kemudian jajanan pasar yang telah dibeli itu diperjualbelikan kembali untuk memperoleh keuntungan di lingkungan perumahan/perkampungan. Pedagang ini bisa memasarkan dagangan di tempat tertentu dengan sistem sewa, namun ia tetap menunggu dagangan sampai habis.

Hanya saja, jika dagangan tidak habis maka jajanan pasar itu menjadi risiko diri sendiri. Dagangan yang masih tersisa itu akan mengurangi keuntungan atau mengurangi modal. Cara kedua, dilakukan tanpa modal dan risiko kecil. Caranya yang bersangkutan cukup mencari lokasi strategis atau yang banyak penduduknya. Ia cukup menggelar meja dan menerima para penjaja makanan yang bersedia menitipkan untuk dijualkan. Jika pembeli atau pelanggan banyak maka sudah dapat dipastikan keuntungan atau rezeki akan mengalir menghampiri si pedagang jajanan pasar ini.

Risiko? Tidak ada, karena dagangan yang tidak habis akan diambil kembali oleh si penitip. Sistem dagang seperti ini memang efektif, terutama jika telah memiliki pelanggan tetap dan tentunya didukung oleh rasa yang tidak mengecewakan dan harga yang bersaing dengan penjual lain.

Sedangkan cara yang ketiga, adalah cara yang kreatif dan milenial. Si pebisnis cukup menjadi penghubung antara pedagang jajanan pasar dengan para konsumen. Sarana pemasaran dan transaksi cukup melalui viral berakun. Kreativitas diperlukan saat si pebisnis harus mengetahui keinginan konsumen. Ia harus peka dan mengetahui jajanan pasar yang dipesan adalah dalam rangka ulang tahun, hajatan, maupun kepentingan selamatan lainnya. Bentuk kue-kue jajanan pasar maupun tampilan harus bisa dibedakan seperti halnya kue tart untuk ulang tahun maupun perkawinan. Kepuasan pelanggan adalah yang utama dan harus mendapatkan perhatian khusus.

Dengan pedagang jajanan pasar, hubungan kemitraannya harus saling menjaga rasa trust satu sama lain. Dengan terciptanya hubungan dua jalur ini, risiko yang dialami oleh pebisnis jajanan pasar tidak ada sama sekali, dan tanpa modal. Karena pesanan tergantung pada data atau informasi yang dilakukan melalui komputer.

Simpulan

1. Alasan utama bisnis jajanan pasar tetap eksis adalah karena kue tradisional itu sendiri masih tetap populer dan tak pernah padam dikarenakan punya pangsa pasar besar;

2. Banyaknya jenis dan model makanan yang ada membuat Indonesia kaya dangan panganan lokal yang mencirikan daerah tertentu di Indonesia;

3. Kunci keberhasilan bisnis ini terletak dari posisi tempat berjualan. Butuh tempat strategis, artinya tempatnya ramai dengan orang-orang lalu-lalang atau tempat berkumpulnya orang misalnya pasar, perumahan, sekolah, perempatan, dan tempat lain yang ramai;

4. Yang sangat menentukan adalah pasar, yaitu tempat terjadinya transaksi jual beli atau bertemunya pedagang dan pelanggan. Selanjutnya adalah strategi pemasaran, terutama pemasaran tanpa modal. Strategi bisnis dengan pemasaran tanpa modal mutlak dibutuhkan kepercayaan dan teknik lobi. Jika kita sudah memperoleh beberapa hal di atas maka bisnis tanpa modal dan tanpa risiko bukan lagi hal yang mustahil. Ingin mengikuti?

Baca Juga: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: