Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Perempuan Pengusaha Ini Enggak Kenal Gender, Begini Kisah Suksesnya...

Perempuan Pengusaha Ini Enggak Kenal Gender, Begini Kisah Suksesnya... Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jennie Baik adalah CEO dan salah satu pendiri Orchard Mile, sebuah perusahaan ritel digital yang memungkinkan wanita untuk berbelanja berbagai macam merek kontemporer favorit, mewah, semuanya di satu tempat.

Dia adalah ahli strategi ritel generasi berikutnya, dan sangat menarik untuk melihat bagaimana dia pindah dari perannya sebagai kepala strategi untuk Burberry Americas untuk menjalankan platform ritel digitalnya sendiri. Artikel ini memperoleh data dari proses wawancara entrepreneur dengan Jennie yang sudah diterjemahkan.

Jennie mau membagikan cerita pengalamannya tentang proses ia mendirikan ritel tersebut.

Ketika ditanya mengenai proses berdirinya Orchard Mile, dan apa yang ia jadikan inspirasi, Jennie menjelaskan bahwa Orchard Mile adalah jalan belanja digital yang mewakili koleksi lengkap lebih dari 220 situs desainer terbaik di kelasnya.

“Kami juga menciptakan "My Mile," sebuah cara bagi konsumen untuk mengkurasi Madison Avenue mereka sendiri berdasarkan selera pribadi mereka. Dengan memilih merek apa yang Anda sukai (dan kategori produk dalam merek tersebut), kami memastikan konsumen menerima pembaruan waktu nyata tentang kedatangan baru, penjualan, dan lainnya dari pengeditan platform mereka sendiri,” ucapnya.

Jennie tidak sendirian, ia memiliki tim yang solid dan mau bersama-sama bersatu untuk membangun Orchard Mile dengan ketabahan. Mereka menciptakan nilai-nilai yang akan diwariskan untuk generasi perusahaan berikutnya.

Ada sebagian orang yang memang terlahir untuk menjadi seorang pemimpin dan ada pula yang belajar untuk menjadi pemimpin setelah ia berani mencoba.

Jennie menjelaskan, bahwa dirinya memang salah satu orang yang dilahirkan untuk menciptakan sesuatu. Ia menjadi pelopor. Namun, ada yang berbeda di masa sekarang dengan yang dulu. Jennie dahulu lebih senang melakukan semuanya sendiri tanpa melibatkan tim.

“Ibuku bilang aku suka mengambil alih sandbox sendiri. Namun, pelajaran terbesar dalam karier saya adalah bahwa sebagian besar waktu Anda tidak dapat melakukannya sendiri. Anda membutuhkan orang lain. Mereka tidak hanya membawa bakat, waktu, dan tenaga mereka, tetapi juga mereka mencari titik-titik kelemahan Anda yang tidak bisa Anda handle sendiri dan mendorong Anda untuk menjadi pembangun yang lebih baik juga,” jelasnya.

Sebelum menjadi seorang perempuan pengusaha, Jennie sudah mengagumi ibunya sejak dulu dan menjadikannya panutan. Namun, bukan hanya ibunya saja, ia juga kagum terhadap guru bahasa Inggrisnya ketika ia duduk di bangku kelas tiga. Sikap dan kepribadian dari sang guru membuat Jennie terkesan dan ingin memimpin seperti dirinya. Sang guru selalu mampu membuat semua murid di kelasnya tertib dan diam untuk memperhatikan dia ketika bercerita. Tanpa marahan dan emosi, guru itu mampu menaklukan dan seakan mengerti keinginan dari murid kelas tiga sekolah dasar.

Jennie adalah tipikal orang yang senang mengambil risiko, termasuk di dalam kariernya.

“Bagi saya, jika kedengarannya agak menantang dan menarik secara intelektual, dan jika saya pikir saya dapat berkontribusi dengan cara yang unik, keputusan tersebut akan saya ambil apapun risikonya,” jelasnya.

“Saya selalu berpikir risiko terbesar yang dapat Anda ambil baik secara pribadi maupun secara profesional adalah benar-benar berkomitmen untuk sebuah ide, atau institusi, di mana tidak ada pintu keluar yang mudah. Entah itu startup yang Anda bootstrap atau putuskan untuk menikah, semua itu adalah upaya "berisiko" dalam arti bahwa Anda mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke tempat awal yang sama. Tetapi Anda mulai menyadari bahwa hal-hal yang menggerakkan kombinasi gairah dan ketakutan itu mungkin adalah hal-hal yang membantu Anda tumbuh dan merasa hidup dan berharga,” katanya.

Motivasi yag dimiliki Jennie mampu menjadikannya pemimpin yang sukses. Tidak pandang gender, ia tidak merasa minder atau pun malu. Bersama membangun Orchard Mile, telah begitu banyak memberikan pelajaran berharga untuknya dan tim.

“Beberapa tahun ke depan saya ingin melihat diri berinvestasi lebih banyak di komunitas lokal saya dan menyeimbangkan semangat profesional dan kebutuhan untuk menang dengan fokus yang lebih besar tentang bagaimana saya dapat membantu atau mengajar tanpa mengharapkan imbalan "pasar”. Karena saya sudah memiliki perjalanan startup ini, saya telah menyadari bahwa ada jenis kepuasan yang berbeda yang bisa didapat dalam memberi tanpa mengharapkan banyak imbalan. Dan di luar kemampuan profesional saya, saya ingin belajar lebih banyak tentang apa yang harus saya sumbangkan di bidang lain dalam kehidupan saya juga,” terang Jennie ketika ditanya mengenai harapan ke depan untuk dirinya dan Orchard Mile.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: