Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kondisi Global Buat Pembuat Kebijakan Sulit Prediksi Pelaku Ekonomi

Kondisi Global Buat Pembuat Kebijakan Sulit Prediksi Pelaku Ekonomi Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah mengatakan beberapa observasi mengemukan bahwa para pembuat kebijakan dan analis tampak kesulitan memprediksi pelaku pasar dan ekonom dalam kondisi ketidakpastian global saat ini.

Sebagai contoh, belum lama ini kita mendiskusikan apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan tingkat pendapatan masyarakat di Indonesia? Apakah tingkat pendapatan di Indonesia melemah, sehingga laju konsumsi masyarakat Indonesia ikut melemah dan hal tersebut tergambarkan pada banyak toko dan mal, termasuk pasar grosir, yang tutup? Atau adakah pengaruh dari penjualan online atau daring yang mengakibatkan hal-hal tersebut terjadi?

"Banyak teori dan banyak pendapat yang telah diajukan. Tampaknya kita masih harus mendalami lebih teliti lagi sebelum kita mendapatkan simpulan yang meyakinkan," ujar Halim dalam sambutannya pada acara LPS Research Fair 2018 di Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Jika hal di atas merupakan contoh yang mengukur perilaku pelaku ekonomi dengan menggunakan output atau penjualan (secara tidak langsung), kita bisa melihat masalah yang sama, tetapi yang langsung mengukur perilaku masyarakat, yakni pengukuran melalui survei dan wawancara.

"Mengapa hasil survei sekarang ini terkadang sering tidak tepat menceritakan persepsi dan keyakinan para responden kita? Yang paling menonjol bahwa hasil pengukuran melalui survei untuk pemilihan (gubernur atau pun presiden) ternyata bisa meleset jauh dari hasil survei tersebut. Fenomena ini kita saksikan di Indonesia dan juga di berbagai negara, termasuk USA," jelasnya.

Dalam konteks decision making, kesulitan yang sama juga kita saksikan. Dewasa ini para pembuat kebijakan sering kali harus menggunakan escape clause, bahwa kebijakan mereka akan data independent. Artinya keputusan mereka akan didasarkan kepada hasil analisis atas data yang paling baru. Apakah selama ini data yang mereka gunakan memang kurang, atau kah ada sesuatu lain yang terjadi dalam pola perilaku pelaku ekonomi, sehingga para pembuat kebijakan sulit menduga dengan tepat?

"Ini menurut hemat saya, menjadi tantangan para pembuat kebijakan dan kiranya patut kita teliti dengan mendalam mengapa hal ini sampai terjadi," ungkapnya.

Lalu apakah gejala-gejala di atas berarti bahwa teori-teori konsumsi, produksi, investasi dan sebagainya berubah? Apakah berarti ilmu statistik yang kita gunakan salah? Ini beberapa observasi kita terhadap beberapa kejadian yang dewasa ini sedang terjadi.

"Saya kira kita harus mendalami lebih teliti apa yang sebenarnya sedang terjadi," paparnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: