Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Literasi Masyarakat Rendah Picu Berita Hoax

Literasi Masyarakat Rendah Picu Berita Hoax Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Bandung -

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Bandung mencatat tingkat literasi masyarakat masih rendah. Dalam kurun waktu satu tahun masyarakat membaca dengan benar hanya 27 halaman. Rendahnya literasi masyarakat ini mampu memicu munculnya berita bohong atau yang lebih dikenal dengan hoax.

Kepala Diskominfo Kota Bandung, Ahyani Raksanagara mengatakan kurang telitinya masyarakat dalam menerima informasi juga  menjadi salah satu faktor pemicu berita hoax. Misalnya, masyarakat hanya membaca judul berita tersebut tanpa dicari keutuhan informasi yang disajikan.

"Hoax itu ditimbulkan karena kurang telitinya pembaca ketika menerima informasi misalkan hanya sebatas judulnya saja sudah disimpulkan. Kita hampir tidak pernah membaca sampai selesai atau mencari sumber informasinya yang utamanya," katanya dalam Diskusi publik bertajuk 'Media Jabar Bersatu Tangkal Hoaks Guna Sukseskan Pemilu 2019' yang digagas Dynamic Nasionalis Community (DNC) di cafe Kurang Kring Bandung, Selasa (25/9/2018).

Ahyani menyebutkan dalam mengantisipasi berita hoax Diskominfo Kota Bandung melakukan berbagai upaya diantaranya melakukan literasi kepada masyarakat baik pemanfaatan internet maupun cara menangkal hoax. Bahkan melibatkan relawan TIK yang mensosialisasikan bahaya informasi hoax di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung juga memiliki radio yang bisa digunakan untuk kegiatan menyebarkan informasi yang positif yang bisa digunakan oleh masyarakat umum.  

"Silahkan datang ke radio kami untuk menyebarkan informasi yang positif. Kita kasih slot untuk siaran tanpa dipungut biaya," ujarnya.

Ahyani menambahkan antisipasi anti hoax juga diberikan kepada awak media. Dalam hal ini bekerja sama dengan Humas Pemkot Bandung yang selalu mengingatkan tentang pendidikan kode etik jurnalistik.

"Harapan saya dari diskusi ini kita bagaimana mencari solusinya yakni meminimalisir menangkal atau membuat masyarakat peduli untuk melapor tentang informasi hoax," ungkapnya.

Adapun, Ketua Komisi Pengaduan Dewan Pers M. Ridlo Eisy, mengungkapkan, sinergi Polri-TNI, pemerintah daerah (pemda), tokoh-tokoh agama, guru, maupun dosen perlu digalakkan kembali untuk memerangi hoaks.

Begitu juga di musim politik jelang Pileg dan Pilpres, masyarakat tidak menghina seseorang dari sisi agama, suku, ras, golongan, juga kepada calon dan/atau peserta pemilu yang lain. Serta masyarakat termasuk media sekalipun untuk cepat percaya terhadap sebuah informasi yang belum jelas sumbernya.

"Yang terpenting masyarakat jangan cepat percaya. Cek dan recek dulu," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: