Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Strategi Agar Cadangan Beras Bulog Efektif

Begini Strategi Agar Cadangan Beras Bulog Efektif Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog akan berfungsi efektif jika didukung dengan data yang akurat. Idealnya CBP bisa membantu menstabilkan harga beras yang fluktuatif di pasar. Tanpa data yang akurat, kebijakan beras yang diambil pemerintah tidak akan efektif untuk menstabilkan harga.

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi mengatakan, idealnya CBP harus didukung sistem pencatatan data yang akurat, yang sejauh ini selalu menjadi persoalan.

"CBP seharusnya terintegrasi dengan komitmen Indonesia pada Asean Plus Three Emergency Rice Reserves (APTERR), di mana cadangan beras jangan hanya difokuskan pada masing-masing negara, melainkan harus difokuskan pada sistem kawasan Asia Tenggara," jelas Hizkia dalam pernyataan resminya kepada redaksi Warta Ekonomi, Rabu (26/9/2018).

Menurutnya, permasalahan beras di Indonesia seharusnya bisa dilihat sangat jelas dari harganya. Harga beras adalah cerminan supply dan demand di pasar. Dengan melihat pergerakan harga, seharusnya keputusan untuk mendistribusikan beras CBP dan mengimpor bisa dilakukan tanpa menunggu harga tinggi.

"Untuk menjaga jumlah persediaan dan mengkontrol harga, pemerintah dapat memenuhi kebutuhan melalui mekanisme impor tanpa harus mengendapkannya dalam bentuk cadangan dalam jumlah besar," tuturnya.

"Kalau pun Bulog mau melakukan pencadangan beras, hal itu tidak bijaksana jika dilakukan per negara. Indonesia harus mulai melihat pencadangan beras berdasarkan kawasan dengan menggunakan skema perjanjian APTERR yang sudah disepakati negara-negara Asean dan Jepang, China dan Korea Selatan," imbuhnya.

Cadangan beras digunakan untuk mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat bencana dan kerawanan pangan serta memenuhi kesepakatan APTERR.

"Pada kenyataannya, Bulog tidak cukup mampu menentukan waktu yang tepat dilakukan penyaluran beras di pasar sampai akhirnya harga beras benar-benar tinggi," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: