Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Semakin Tak Merata

BI Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Semakin Tak Merata Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Indonesia (BI) memandang jika pertumbuhan ekonomi global semakin tidak merata dan disertai ketidakpastian di pasar keuangan global yang masih tinggi. Ekonomi AS diperkirakan tetap kuat didukung akselerasi konsumsi dan investasi, serta dibarengi tekanan inflasi yang tetap tinggi. Sesuai perkiraan, The Fed menaikkan suku bunga kebijakan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 bps sebagai bagian dari proses normalisasi kebijakan moneternya.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan jika kemungkinan Fed Fund Rate akan kembali naik pada Desember 2018 mendatang. Pada tahun depan, The Fed pun akan kembali menaikkan FFR satu atau dua kali lagi.

"Berdasarkan asessment kami, itu seperti disampaikan Fed Fund Rate akan naik sekali lagi di Desember, tiga kali di tahun depan, kemudian satu atau dua kali di 2020. Kami terus pantau seberapa jauh itu stimulus fiskal dari AS akan terus mendorong ekonomi dan juga inflasi di AS. Stimulus fiskal di AS ini dikeluarkan saat ekonomi di AS sudah mendekati, bahkan kemungkinan melampaui tingkat output potensialnya," jelasnya dalam konferensi pers RDG BI di Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi negara-negara emerging market dan Eropa diperkirakan lebih rendah dari prakiraan. Ekonomi Jepang dan Tiongkok, bahkan cenderung menurun. Ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi global tersebut tidak terlepas dari ketegangan perdagangan antara AS dengan sejumlah negara lain.

"Tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global mendorong para investor menempatkan dananya di aset-aset yang dianggap aman, khususnya di AS. Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya mengakibatkan dolar AS terus menguat, yang kemudian mendorong aliran modal keluar dari negara-negara emerging market dan akhirnya menekan banyak mata uang negara berkembang," ujar Perry.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan masih sesuai perkiraan, terutama ditopang oleh permintaan domestik. Konsumsi tetap kuat didukung perbaikan pendapatan dan belanja terkait pemilu. Investasi diprakirakan masih tumbuh cukup tinggi ditopang, baik investasi bangunan terkait proyek infrastruktur dan properti maupun investasi nonbangunan. 

Namun, kenaikan pertumbuhan ekspor diperkirakan masih terbatas seiring ekspor pertanian yang masih lemah, sedangkan ekspor manufaktur membaik didukung subsektor kimia serta besi dan baja. Di mana, impor tetap tinggi dipengaruhi permintaan domestik yang tetap kuat, termasuk investasi yang mendorong impor barang modal tetap tinggi.

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan masih dalam kisaran 5,0-5,4% dan akan meningkat menjadi 5,1-5,5% pada 2019," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: