Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tahu Sumedang dan Harga Bahan Baku yang Meradang

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Tahu Sumedang dan Harga Bahan Baku yang Meradang Kredit Foto: Nita Kelana
Warta Ekonomi, Jakarta -

Apakah indikator jika jalanan itu (di manapun) mengalami kemacetan? Gampang saja, yang pertama adalah lampu merah atau jalan putar arah. Kondisi yang pertama jelas akan membuat kemacetan apalagi jarak waktu nyala lampu merah terlalu lama dibandingkan dengan nyala lampu hijau yang terlalu singkat. Yang kedua karena keberadaan "Pak Ogah" yang terkadang justru membuat kemacetan lalu lintas karena pengaturan antrean yang didasarkan pada siapa yang lebih dulu mengeluarkan "tip".

Selanjutnya, tanda-tanda kemacetan lalu lintas lainnya sudah dapat ditebak, dengan banyaknya pedagang asongan di sekitar jalanan. Ada penjaja air mineral, penjual kerupuk, penjual mainan, penjual bakpao, penjual kacang, dan ada pula penjual Tahu Sumedang yang lengkap dengan pikulan atau hanya ditenteng. Begitu beberapa kendaraan mulai jalan pelan atau sama sekali berhenti sebagian penjaja kuliner proaktif menawarkan dagangan mendekati mobil. Sementara trik penjual bakpao lain lagi. Ia tetap menunggu gerobak namun mata ke sana kemari sambil mengacungkan jarinya tertuju pada setiap mobil yang lewat, tanda menawarkan dagangan.

Berbeda lagi dengan penjual Tahu Sumedang. Ia sudah siap dengan bungkus plastik atau bungkus kertas isi beberapa tahu. Ia akan segera beranjak menghampiri pemesan yang telah memberikan kode pesan berupa bunyi klakson mobil. Itulah pemandangan sehari-hari saat pengendara mengalami kemacetan di jalan, tapi setidaknya ada hiburan di saat pengendara sedang sendirian di kendaraan atau sedang kelaparan. Dari semua penjaja asongan yang turun ke jalan, penjual Tahu Sumedang yang senyumnya paling sumringah karena dagangan ini paling laris diburu.

Kenapa Tahu Sumedang? Karena tahu memang salah satu produk kuliner Indonesia yang lezat, sehat, dan harga terjangkau. Siapapun pasti mengenal Tahu Sumedang. Tahu ini merupakan makanan khas daerah Sumedang, Jawa Barat. Jika dibeli dalam jumlah banyak, umumnya menggunakan bongsang, anyaman bambu yang dapat memuat 25–100 buah tahu goreng. Jika hanya sedikit biasanya dibungkus dengan kertas atau plastik.

Sebelum seterkenal sekarang, Tahu Sumedang memiliki sejarah panjang. Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh imigran Ong Kino dan istri yang menjadi perintis pembuat tahu di Sumedang. Tahun demi tahun, Ong Kino beserta istri terus menggeluti usaha mereka hingga tahun 1917. Kemudian diteruskan anak tunggal mereka (Ong Bung Keng) hingga akhir hayat di usia 92 tahun. Di balik kemasyhuran Tahu Sumedang ada pula kisah lain. Sekitar tahun 1928, tempat Ong Bung Keng didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan dokar dalam perjalanan menuju Situraja, Sumedang.

Ketika melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu, Pangeran Soeria Atmadja langsung turun melihat bentuk makanan yang amat unik serta bau yang harum. Kemudian sang bupati bertanya kepada sang kakek: maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?). Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan jika makanan yang digoreng berasal dari tahu. Karena penasaran, beliau langsung mencicipi satu. Secara spontan berkata dengan wajah puas: Enak benar masakan ini. Coba kalau kamu jual, pasti laris. Tak lama kemudian tahu digemari penduduk Sumedang sampai ke seluruh Indonesia.

Secara umum, tahu merupakan makanan yang mengandung banyak protein nabati karena terbuat dari kacang kedelai. Tahu relatif murah tetapi sangat bergizi sehingga cocok menjadi santapan pecinta kuliner dari berbagai usia, apalagi untuk anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Tahu bisa diolah dengan berbagai cara, seperti dibacem, dipepes, ataupun digoreng.

Lantas apa beda Tahu Sumedang dengan tahu biasa? Konon, Tahu Sumedang yang rasanya asli dan otentik hanya bisa dibuat di daerah Sumedang. Kenapa? Banyak faktor yang memengaruhi proses pembuatan tahu ini. Mulai dari bahan baku kedelai, minyak goreng, hingga sumber air yang digunakan. Di Sumedang, terdapat tiga sumber mata air unik (mata air panas, mata air rasa asin, dan mata air rasa masam). Ketiganya menyatu dan memiliki sumber mineral lebih tinggi dibanding air dari sumber mata air lain. Ketiga sumber mata air ini yang menjadikan Tahu Sumedang terasa lebih kenyal dan awet secara alami dibandingkan tahu biasa.

Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatannya masih tradisional menggunakan tenaga manusia serta tidak menggunakan bahan pengawet. Dimulai dengan merendam kacang kedelai selama 4–6 jam, kemudian dicuci, digiling, direbus, dan disaring untuk mengendapkan pati yang nantinya akan menjadi tahu.

Saat ini, banyak pengusaha yang memproduksi Tahu Sumedang. Namun, yang paling terkenal dan sudah melegenda adalah tahu yang diproduksi oleh keluarga Boen Keng yang menjadi cikal bakal lahirnya Tahu Sumedang. Tempat penjualan berada di pusat Kota Sumedang dan tidak membuka cabang di tempat lain. Di rumah makan Boen Keng yang kini dikelola oleh generasi keempat, yaitu Suriadi, Tahu Sumedang bisa disantap bersama lontong berukuran kecil, serta sambal cocol yang merupakan campuran dari cabai rawit, taoco, dan tomat. Tahu berukuran kecil ini memiliki kulit luar yang berwarna coklat terang dan terlihat kasar, namun bagian dalamnya berwarna putih dan rasa gurih serta segar.

Tahu Sumedang kini sudah meluas dan populer di berbagai daerah termasuk ada di setiap rest area. Kepopuleran Tahu Sumedang bisa dilihat juga dari banyaknya penjual di masyarakat. Bahkan sudah mulai dijajakan oleh penjual asongan di setiap perempatan jalan raya atau pada saat terjadi kemacetan yang parah.

Bagaimana peluangnya, dan bagaimana memulainya? Walaupun pengusaha Tahu Sumedang sudah meluas namun peluang usaha masih tetap terbuka bagi siapapun yang ingin terjun menekuninya. Pengolahan Tahu Sumedang yang sederhana memang sudah banyak diketahui. Bahkan sudah banyak dimanfaatkan oleh beberapa orang atau pengusaha untuk mendatangkan keuntungan yang menjanjikan dan menggiurkan (jika usaha ini dijalankan dengan benar). Memulai usaha ini bisa dengan menyiapkan modal usaha yang tidak terlalu besar, yang nantinya dipergunakan untuk membeli bahan baku maupun peralatan saat memulai usaha.

Usaha ini bisa dimulai dalam skala kecil atau usaha rumahan dulu. Jika usahanya berjalan lancar bisa dikembangkan sesuai keinginan. Bagaimana strateginya? Pertama, penentuan lokasi usaha perlu dilakukan supaya bisnis berjalan dengan maksimal. Jika ingin usaha berjalan dengan baik maka usahakan memilih lokasi yang strategis yaitu di dekat alun-alun, pusat perbelanjaan, kantor, kos-kosan, dan sekolahan.

Kedua, penentuan harga. Tahu Sumedang sudah banyak dijual, baik penjual kaki lima, penjual di pinggiran jalan, dan masih banyak lagi. Kuliner ini memang banyak diminati karena rasanya enak dan lebih khas. Bila ingin membuka usaha ini maka harus bisa menentukan harga jual sesuai dengan harga yang sebelumnya sudah ada. Dengan mematok harga jual yang terjangkau maka bisa memikat banyak konsumen dan membuat usaha ini berjalan dengan lancar.

Ketiga, pemasaran usaha Tahu Sumedang bisa dilakukan dengan sarana gerobak dorong, dengan cara menjual secara berkeliling. Pemasaran juga bisa dilakukan melalui promosi di media sosial agar mudah diketahui masyarakat.

Beberapa hal yang perlu diketahui tentang Tahu Sumedang, yakni

- Tahu Sumedang pertama kali dikenalkan oleh imigran asal China, Ong Kino. Ia datang melalui Pelabuhan Cirebon di awal 1900-an untuk berdagang. Karena melihat potensi, ia mendirikan sebuah pabrik tahu di kota Sumedang. Tahu sendiri berasal dari bahasa Mandarin, doufu dan sering dihidangkan kala ada pesta rakyat bersama warga asal China;

- Yang membuat beda antara Tahu Bungkeng dengan tahu biasa adalah menggunakan larutan biang yang berasal dari asam cuka. Dengan resep ini, Tahu Sumedang terlihat lebih garing dan gurih saat disantap panas-panas;

- Minat masyarakat Indonesia terhadap Tahu Sumedang tidak pernah surut. Inilah penyebab tahu ini tetap laris meski usianya sudah 100 tahun. Padahal, di Sumedang sendiri terdapat 200 pabrik tahu yang masih sangat aktif memproduksi tahu terbaik;

- Peluang usaha Tahu Sumedang dapat dikembangkan dengan mudah. Peluang usaha franchise makanan atau waralaba memiliki banyak keuntungan apabila dibandingkan dengan jenis bisnis lain, yaitu bisnis tahu pedas, kemitraan tahu jeletot, tahu crispy, pepes tahu, tahu goreng, tahu sumedang, baso tahu, oseng tahu, tahu cibuntu;

- Seiring berjalannya waktu, keterkenalan Tahu Sumedang telah menjadi brand pasar yang sangat kuat di Indonesia. Keterkenalannya sejajar dengan Dodol Garut dan Tauco Cianjur yang berlangsung sampai sekarang.

Simpulan

1. Meski terkesan sederhana, namun melihat perkembangannya yang tak pernah surut, Tahu Sumedang punya kans untuk menjadi fenomena di dunia. Hal ini disampaikan oleh Ketua MPR, Zulkifli Hasan, yang siap mendorong Tahu Sumedang untuk menjadi kuliner dunia.

"Tahu Sumedang adalah contoh usaha rakyat yang tetap eksis. Harus ada dukungan penuh agar Tahu Sumedang bukan hanya bertahan, tapi juga bisa mendunia". Kalau begitu kita nantikan kiprah, langkah, dan buktinya.

2. Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengakibatkan sejumlah produk impor mengalami kenaikan harga, salah satunya kedelai. Akibatnya, produsen tahu di Sumedang, Jawa Barat (Jabar) menjerit karena khawatir harga akan terus naik. Dengan kenaikan harga tersebut, produksi akan berkurang dan berimbas juga pada penghasilan omzetnya. Jika dolar AS terus menguat, dampak lanjutannya selain produsen menaikkan harga, biasanya produsen juga akan memperkecil ukuran tahu.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: