Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bicara Ekonomi, Ma'ruf Amin Sebut Konglomerat Jadi Penguasa

Bicara Ekonomi, Ma'ruf Amin Sebut Konglomerat Jadi Penguasa Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Serang -

Calon Wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin mengatakan konsep arus baru ekonomi Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan karena dapat mengatasi kesenjangan sosial.

"Selama ini ekonomi kita dikuasai oleh konglomerat," kata Maruf Amin saat dialog ulama dan umara dalam membangun bangsa di Pondok Pesantren Tanara di Kabupaten Serang, Banten, Minggu.

Konsep arus baru ekonomi Indonesia untuk mewujudkan pembangunan yang merata sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selama ini, ekonomi Indonesia dikuasai oleh konglomerat dan menimbulkan kesenjangan sosial.

Karena itu, konsep arus baru ekonomi Indonesia, seperti teori "trickle down effect" yakni membangun pertumbuhan ekonomi yang menetes ke bawah. Presiden Jokowi, menurut Ma'ruf Amin, sudah menerapkan konsep ekonomi arus bawah dengan membangun infrastuktur tol laut, bandara, waduk dan pelabuhan.

Pembangunan itu dipastikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat bawah, karena akses lalu lintas begitu mudah dan lancar. Bahkan, elektabilitas Jokowi di Papua cukup besar karena berhasil membangun Papua. Kebijakan pembangunan ekonomi arus bawah tentu akan melahirkan pengusaha lemah menjadi pengusaha yang kuat.

"Kami yakin konsep arus baru ekonomi Indonesia dapat mengatasi kesenjangan di masyarakat," katanya.

Menurut dia, masyarakat Indonesia harus menjadikan negara pengekspor dan tidak membeli dolar.

Selama ini, perdagangan tertumpu pada dolar, karena kebanyakan barang-barang dipasok impor. Karena itu, dirinya jika terpilih mendampingi Jokowi akan mendorong produk lokal bisa berdaya saing dengan produk global.

Begitu juga barang-barang dari Indonesia tidak menghasilkan ekonomi yang baik. Misalnya, kata dia, harga coklat di Sulawesi Tenggara dibeli oleh Singapura sebesar Rp1.000/Kg.

Produk coklat itu diolah oleh Singapura dan dijual kembali ke Indonesia menjadi Rp20.000/Kg. Dengan demikian, kata dia, Singapura mendapat nilai tambah keuntungan sebesar R19.000/Kg.

"Kami akan menghilangkan sistem seperti itu, dan menguntungkan ekonomi masyarakat bawah agar kehidupan mereka menjadi sejahtera," katanya.

Dalam dialog itu dihadiri ratusan relawan Golkar Jokowi (Gojo) dan Santri Millenial Centre (Simac) dan relawan lainnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: