Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cerita CEO YEA Entrepreneur: Alasan Dirikan Sekolah Ini Berawal dari Anak

Cerita CEO YEA Entrepreneur: Alasan Dirikan Sekolah Ini Berawal dari Anak Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mengingat waktu yang diluangkan para wanita pengusaha setiap hari untuk membangun bisnis mereka dan mengembangkan keterampilan mereka, kemungkinan bahwa banyak dari mereka kadang-kadang berhenti di sepanjang perjalanan mereka dan bertanya pada diri mereka sendiri.

"Bagaimana saya menerapkan semua keterampilan kewirausahaan ini untuk mengembangkan anak saya sendiri agar menjadi orang yang terampil? Bagaimana saya meningkatkan kepercayaan dirinya dan menempatkannya di jalan menuju kewirausahaan atau kepemimpinan dalam profesi yang dipilihnya?"

Politik terbaru mendukung pertanyaan ini: Gerakan #MeToo telah menggembleng perempuan, termasuk para ibu, untuk mengambil tindakan untuk memutus siklus negatif di masa lalu, yakni para gadis dihalangi untuk mahir dalam sains dan matematika atau mengikuti semangat "nonfeminine" mereka atau menampilkan kepemimpinan dan prospek untuk generasi berikutnya mungkin tampak besar dalam upaya mereka. 

Sains juga mendukung gagasan bahwa wanita pengusaha berpikir tentang bagaimana mereka dapat membantu anak perempuan mereka. Itu dibahas dalam sebuah survei oleh  Kabbage, platform layanan keuangan, 84 persen dari 1.000 pemilik usaha kecil yang disurvei mengatakan mereka berharap anak-anak mereka sendiri suatu saat akan menjadi wirausahawan dan tentu saja responden tersebut termasuk perempuan pengusaha.

Lalu ada cerita Gayle Jagel. Ia mendirikan  Akademi Pengusaha Muda, memberikan pelatihan bisnis kepada siswa sekolah menengah dan tinggi. Tapi dia melakukannya, setelah putrinya, Merine menyatakan minatnya untuk memulai bisnis.

"Saya pikir, ini adalah hal yang  hebat harus ada sumber daya di perpustakaan atau toko buku yang bisa saya gunakan untuk membimbingnya melalui proses ini," kata Jagel, "jadi, saya pergi mencari bahan, dan ternyata tidak ada yang mengajarkan anak berusia 8 tahun cara membuat bisnis."

Apa yang dilakukan ibu wirausaha berikutnya adalah duduk di meja dapur dan membimbing putrinya melalui penulisan rencana bisnis, dan mengidentifikasi hasratnya dan apa yang ingin dia lakukan.

"Yang menarik bagi saya adalah, dia benar-benar memahami konsep-konsep seperti orang dewasa. Saya mempresentasikan mereka dengan cara yang ramah anak, dan itu benar-benar membuat saya terpesona," kata Jagel.

Begitulah cara startup Merine, Barks & Bubbles memulai usahanya. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah modal yang ditanamkan oleh Jagel kepada anaknya sangat bermanfaat. Modal yang dimaksudkan di sini bukan uang, namun moral untuk berbisnis. Dengan pengalamannya menanamkan itu kepada anaknya, Jagel memutuskan untuk membuka pelatihan kewirausahaan di Universitas, yang ia tujukan untuk mendidik remaja yang ingin mengerti tentang berbisnis.

Wadah pendidikannya itu ia namakan YEA, yakni sekolah entrepreneur. Didirikan pada tahun ajaran 2003, YEA telah berkembang menjadi 100 program kampus di Amerika Serikat (dan 12 lainnya, di India dan Shanghai), namun saat ini juga sudah memasuki Indonesia. Sekitar 49 persen pendaftar AS YEA adalah perempuan.

"Jadilah berani dan spesifik," saran Jagel untuk ibu-ibu wirausahawan yang ingin menanamkan ilmu kepada anaknya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: