Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banyak Negara Lain Mau Meniru Pancasila, Loh Kok Bisa?

Banyak Negara Lain Mau Meniru Pancasila, Loh Kok Bisa? Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pancasila adalah ideologi utama. Selain itu, juga merupakan kristalisasi nilai yang ada di masyarakat, karena masyarakat Indonesia ini adalah masyarakat yang berketuhanan, berkeadilan, yang mana memiliki tradisi bermusyawarah dan sepakat membangun kesatuan nasional. Untuk itu masyarakat harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara untuk keutuhan negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI).

Peneliti di Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Adnan menjelaskan, Pancasila adalah sebuah karya besar para founding fathers bangsa Indonesia, sebab dapat 'meracik' sebuah ideologi jalan tengah di luar ideologi Islam dan sekuler liberal (barat). Bahkan terbukti selama 73 tahun ideologi tersebut dapat diterapkan. Meskipun dari sisi kualitas memang terus menerus didalami oleh masyarakat.

"Pancasila ini sebenarnya punya suatu gambaran cita-cita masyarakat yang ideal, bahwa masyarakat nusantara yang ber-Pancasila ini sebenarnya masyarakat yang berperadaban tinggi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (5/10/2018).

Dengan memiliki peradaban yang tinggi, maka sejatinya masyarakat Indonesia tidak perlu lagi menoleh peradaban yang lain. Karena bangsa Indonesia merupakan adiluhung (memiliki seni budaya yang bermutu tinggi).

"Jadi dengan begitu tidak perlu ada imajinasi liar yang ingin mengganti Pancasila dengan ideologi di luar Pancasila," katanya.

Menurutnya, banyak negara-negara lain mengamati perkembangan Pancasila, mengaguminya dan bahkan sebagaian lain ada negara yang ingin meniru ideologi Pancasila sebagai ideologi jalan tengah. Karena itu terasa aneh jika masyarakat Indonesia sebagian menolak dan mengakibatkan perpecahan.

“Negara luar saja banyak yang ingin mencontoh dan meniru Pancasila. Kan sangat aneh kalau justru masyarakat kita yang ingin meninggalkan Pancasila. Tentunya akan berbahaya," jelasnya.

Namun demikian dirinya mengakui bahwa sejak reformasi bergulir, pelajaran yang mengandung Pancasila di lembaga-lembaga pendidikan, seperti agak berkurang akibat terjadinya gelombang liberalisasi di negara ini. Membuat masyarakat Indonesia  mulai banyak menengok pada ideologi lain.

“Mereka ini terpengaruh ideologi barat yang ada di Eropa atau Amerika. Juga beberapa negara Islam yang  menerapkan konsep syariat Islam," imbuhnya.

Ia menambahkan, sejak reformasi bangsa Indonesia seperti kurang percaya diri dengan ideologi Pancasila. Sebab selama ini hanya ditampilkan menjadi ideologi tertutup yang represif. Karena itu, sudah saatnya Pancasila muncul kepermukaan sebagai ideologi terbuka yang dinamis, dialogis, dan meletakkan masyarakat menjadi subjek. Sehingga mampu membentengi masyarakat dari paham yang bersifat radikalisme negatif.

“Pancasila juga harus diletakkan kepada people nationalism. Karena ideologi Pancasila selama ini hanya pada level negara,” tegasnya.

Untuk membangkitkan semangat nilai Pancasila dalam membangun bangsa, ia berharap tidak hanya di dengungkan di level negara atau pemerintah saja, walau kini ada lembaga bernama Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP). Sebab melalui organisasi besar seperti NU, Muhammadiyah dan ormas lainnya juga harus diberikan ruang sebagai kekuatan  besar untuk membangkitkan nilai-nilai Pancasila.

"Karena hal ini bisa menjadi penangkal dari perkembangan ideologi-ideologi yang mencoba menyusupi di negara kita,” harapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: