Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menteri Rini Dukung Peningkatan Nilai Ekspor untuk Dorong Penguatan Rupiah

Menteri Rini Dukung Peningkatan Nilai Ekspor untuk Dorong Penguatan Rupiah Kredit Foto: Kementerian BUMN
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini M. Soemarno, kembali memberikan dukungan bagi peningkatan nilai ekspor BUMN sebagai upaya untuk mendorong penguatan nilai rupiah.

Kali ini, Menteri Rini berkesempatan melepas ekspor produk perikanan milik dua BUMN yaitu Perusahaan Umum (Perum) Perikanan Indonesia/Perindo dan PT Perikanan Nusantara/Perinus di Pelabuhan Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada Jumat (05/10/2018).

Menteri Rini mengatakan, Dua BUMN perikanan, Perindo dan Perinus mampu meningkatkan kinerja ekspor dan ini merupakan momentum yang tepat untuk terus mendorong penjualan ekspor terutama dalam menghadapi pelemahan rupiah.

"Saya terus dukung BUMN bisa sukses di pasar internasional,” kata Rini dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (05/10/2018).

Pada kesempatan ini, Menteri Rini secara resmi melepas 5 kontainer produk  perikanan dengan nilai ekspor sebesar US$4480,1 ribu. Tiga dari lima kontainer merupakan produk perikanan milik Perindo yang terdiri dari 2 kontainer berisi ikan jenis kakap merah, ikan tenggiri, cumi-cumi berbobot 36 ton dan senilai US$210 ribu yang akan diekspor ke AS dan 1 kontainer berisi 18 ton jenis gurita dan cumi-cumi senilai US$100,6 ribu yang akan diekspor ke Eropa.

Sementara 2 kontainer lainnya merupakan produk perikanan milik Perinus yang berisi 30 ton gurita dingin dengan nilai sebesar US$169,5 ribu yang akan diekspor ke Jepang. Secara umum, realisasi ekspor dua BUMN Perikanan hingga September 2018 tercatat sebesar 512,1 ton atau senilai US$5,54 juta yg terdiri dari Perum Perindo 392,3 ton atau senilai US$4,75 juta dan Perinus sebesar 119,8 ton atau senilai US$791 ribu.

Direktur Utama Perindo Risyanto, Suanda, juga mengungkapkan, perseroan terus berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja ekspor perusahaan. Selain untuk mendorong kinerja keuangan, peningkatan penjualan ekspor mendorong perolehan devisa dari produk perikanan.

“Penguatan pasar ekspor seiring dengan penguatan startegi internal seperti processing unit yang kami miliki untuk memberikan value added," ungkapnya.

Perum Perindo akan meraih pendapatan sekitar US$416 ribu ton sekitar Rp6 miliar yakni, dari ekspor ke China  US$106 ribu. Ekspor ke Vietnam US$100 ribu, serta ekspor ke AS dan Denmark, masing-masing US$105 ribu.

Risyanto memaparkan, dengan tambahan ekspor pada awal Oktober ini, Perum Perindo optimistis mampu mencapai target ekspor yang dipatok sebesar 694 ton atau senilai IS$6,82 juta hingga akhir tahun. Prognosa ekspor tahun 2018 ini melesat 736,14% dari realisasi ekspor tahun 2017 yang hanya sebesar 83 ton.

Per September 2018, Perum Perindo mencetak realisasi ekspor sebanyak 392,3 ton dengan valuasi 4,89 juta dolar AS.  Negara tujuan ekspor utama pada 2018 yaitu Amerika Serikat, China, Eropa, Jepang dan Vietnam.

Sementara itu, Dendi Anggi Gumilang, Direktur Utama Perinus mengungkapkan, setelah melakukan penandatanganan perjanjian kontrak di Imperial Hotel Tokyo pada tanggal 22 Agustus 2018 dengan Perusahaan Jepang Ajhirushi, perseroan telah mendapatkan pengakuan dan mampu memenuhi standar gurita Jepang dan diterima pasar Jepang.

“Kami sangat yakin kerjasama ini akan berjalan dengan baik dan kami mampu memenuhi standar gurita Jepang dan diterima pasar Jepang dengan baik. Di bulan Oktober 2018 Perinus juga akan mulai mengekspor Tuna ke Jepang sesuai dengan nilai kontrak USD 15 juta USD serta kakap merah dan Tenggiri ke Singapore dengan proyeksi senilai USD 6,5 juta,” ungkap Dendi.

Gurita yang diekspor berasal dari perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Kepulauan Selayar dan Perairan Lampung. Semua produk yang diekspor merupakan produk dari mitra nelayan Perikanan Nusantara. Jumlah mitra nelayan gurita Perikanan Nusantara lk. 640 nelayan. Jumlah nelayan mitra akan bertambah pada saat pola musim gurita terjadi yaitu pada September - April.

"Secara keseluruhan nelayan yang bermitra dengan Perikanan Nusantara sudah ada ikatan kerjasama (PKS Perdagangan). Nelayan gurita pada umumnya belum ada asosiasi yang mewadahinya hal ini dikarenakan mereka masih nelayan tradisional," tuturnya.

Produk gurita tersebut diproses pada Unit Pengolahan Ikan Perikanan Nusantara cabang Makassar yang memiliki kapasitas produksi sebanyak 5 ton per hari dengan sertifikasi HACCP (Hazard Analisis Critical Control Point).

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: