Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

IFC Investasi US$3,4 Miliar di Asia Timur dan Asia Pasifik

IFC Investasi US$3,4 Miliar di Asia Timur dan Asia Pasifik Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

International Finance Corporation (IFC), anggota Kelompok Bank Dunia, menginvestasikan US$3,4 miliar pada tahun fiskal 2018 di Asia Timur dan Pasifik, memacu pertumbuhan sektor swasta yang berkembang di kawasan tersebut untuk memastikan pertumbuhan berkelanjutan antara lain melalui inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan infrastruktur. IFC menyediakan US$2 miliar dalam bentuk pembiayaan dari dananya sendiri dan memobilisasi US$1,4 miliar dari investor lain dalam tahun fiskal tersebut.

Direktur Regional IFC untuk Asia Timur dan Pasifik, Vivek Pathak, mengatakan, dengan keterbatasan sumber daya publik yang dihadapi sejumlah negara, IFC telah secara aktif mencari solusi untuk mengumpulkan semua sumber keuangan, inovasi, dan keahlian untuk membantu negara-negara tersebut untuk menjawab tantangannya.

"IFC membuka peluang di pasar negara berkembang dan menciptakan lapangan kerja dengan tujuan untuk mencapai keberlanjutan melalui biaya yang lebih rendah dan penyampaian layanan yang efisien di sektor-sektor utama seperti keuangan, infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan," kata Vivek Pathak berdasarkan keterangan rilisnya di Jakarta, Jumat (05/10/2018).

IFC menyatakan bahwa karya nyata IFC telah membantu memacu pengembangan obligasi hijau di kawasan ini. IFC memimpin dukungan Kelompok Bank Dunia guna mendukung Fiji menjadi pasar pertama di dunia yang menerbitkan obligasi hijau negara (sovereign green bond).

"IFC berhasil mengumpulkan USD50 juta untuk membantu negara tersebut beradaptasi dengan perubahan iklim. IFC juga merupakan investor tunggal dalam obligasi hijau BDO Unibank Inc. senilai US$150 juta - obligasi pertama yang diterbitkan oleh bank komersial di Filipina dan juga merupakan investasi IFC pertama di lembaga keuangan di kawasan ini," ungkap IFC.

IFC juga mengkatalisasi investasi serupa di Thailand dan Indonesia. IFC juga menjadi yang pertama untuk menerbitkan obligasi hijau dalam denominasi peso - setara dengan sekitar US$90 juta - untuk mendukung pasar modal dan investasi cerdas iklim di Filipina.

Sementara itu, di Vietnam, di mana hanya sekitar 35% penduduk yang terhubung dengan air pipa, IFC meminjamkan US$15,3 juta kepada salah satu perusahaan air swasta pertama - DNP Water JSC - untuk meningkatkan ketersediaan air bersih bagi rumah tangga perkotaan dan penduduk di kota-kota provinsi.

Saat sektor swasta menyumbang 90% pekerjaan di kawasan ini, IFC telah meningkatkan dukungannya kepada usaha kecil dan menengah (UKM) guna mendorong penciptaan lapangan kerja, yang merupakan kunci untuk mengurangi kemiskinan di wilayah tersebut. Paket pinjaman IFC senilai US$100 juta kepada PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) akan membantu mengembangkan kawasan industri hijau baru seluas 2.000 hektar dan menyediakan lebih dari 34.000 pekerjaan di Subang, Jawa Barat.

Pinjaman IFC kepada pabrik furnitur Morris Holdings Limited juga akan memungkinkan pemasangan fasilitas produksi modern di Sihanoukville Special Economic Zone di Kamboja serta menciptakan sekitar 800 pekerjaan bagi masyarakat setempat.

Selain pembiayaan, IFC juga memberikan saran kepada pemerintah dan sektor swasta di wilayah tersebut untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bisnis dan meningkatkan standar keberlanjutan. Pada akhir tahun fiskal 2018, program layanan konsultasi IFC di Asia Timur dan Pasifik mencakup 108 proyek aktif senilai gabungan USD244,1 juta.

Melalui dukungan IFC, pebisnis dapat menyediakan lebih dari 550.000 pekerjaan, mendistribusikan listrik kepada 4,4 juta orang, menyediakan air untuk 9,6 juta orang, dan meningkatkan penghidupan bagi lebih dari 710.000 petani.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: