Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kubu Prabowo Kritik Soal Ekonomi, PDIP: Salah Alamat

Kubu Prabowo Kritik Soal Ekonomi, PDIP: Salah Alamat Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Politisi PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus menilai kritik yang disampaikan Koalisi Prabowo-Sandi terkait kondisi ekonomi Indonesia yang lemah dan terancam terpuruk merupakan kritik yang keliru.

Deddy Yevri mengatakan, berdasarkan data Bank Indonesia, inflasi ternyata masih sangat rendah yaitu tercatat 2.8% "year on year" dan pada pekan pertama Oktober 0,01% secara "month to month".

"BI memprediksi hingga akhir tahun, inflasi berada di bawah target sebesar 3,5%. Indonesia justru dalam posisi aman. Kritik oposisi itu menunjukkan 'salah alamat'," kata Deddy, melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (9/10/2018).

Deddy yang merupakan Anggota Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin itu menjelaskan berdasarkan data The Spectator Index,maka inflasi Indonesia 2,8%, Inggris 2,7 %, Amerika Serikat 2,7 persen, China 2,3 %, dan terendah Jepang dengan 1,3 %.

Selain itu menurut dia, Indonesia juga tidak masuk dalam 10 negara dengan integritas pemerintah terendah. "Lalu hasil survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) pada Oktober 2018 menyatakan 73,4% masyarakat responden puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo," ujarnya.

Sejalan dengan itu menurut Deddy, The Spectator Index menempatkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2050 dan masuk peringkat empat di bawah China, India, dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto mengumpulkan para ahli dan pakar ekonomi pada Jumat (5/10), untuk membicarakan jalan keluar atau solusi terkait beberapa persoalan seperti pelemahan nilai tukar rupiah dan pelaksanaan pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali.

Prabowo mengatakan keadaan ekonomi tidak menggembirakan bahkan oleh lembaga internasional, Indonesia digolongkan di antara lima negara "emerging market" yang rawan secara ekonomi dalam beberapa waktu kedepan.

Anggota Tim Ekonomi Prabowo-Sandiaga, Fuad Bawazier mengatakan saat ini tren pelemahan rupiah terhadap dolar indikasinya sama bahkan cenderung memburuk dan bisa mengarah sampai ke angka Rp16.000 per-dolar AS.

Dia menyoroti kalau ekspor tidak bisa didongkrak bahkan pertumbuhannya kalah dengan impor sampai tahun depan bisa cenderung melemahkan nilai tukar.

Menurut Fuad Bawazier, perlu langkah-langkah efektif dari pemerintah dan bukan sekedar retorika saja.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: