Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Baru Masuk Bursa, Saham Restoran Bebek Ini Melesat 49,5%

Baru Masuk Bursa, Saham Restoran Bebek Ini Melesat 49,5% Kredit Foto: Annisa Nurfitriyani
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Jaya Bersama Indo Tbk (The Duck King) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham dengan kode DUCK ini langsung melesat naik sebesar 49,5% ke level Rp775 atau menyentuh batas atas titik autorejection. Dimana, frekuensi transaksi saham DUCK mencapai sebanyak tujuh kali dengan volume sebanyak 3.237 lot, sehingga total nilai transaksi saat pembukaan perdagangan sebesar Rp244,39 juta.

Direktur DUCK, Dewi Tio, pada pelaksanaan IPO ini The Duck King menawarkan sebanyak 513.330.000 lembar dengan harga penawaran Rp505 per saham. Perseroan menjadi emiten ke-43 yang tercatat di BEI tahun 2018 atau emiten ke-606.

"Jumlah saham itu setara 40% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO," katanya di Jakarta, Rabu (10/10/2018).

Dia menyebutkan, pada penawaran umum saham yang menjadi emiten ke 43 di 2018 ini mengalami over subscribed mencapai 80 kali. Valuasi Price Earning Ratio (PER) 2018 sebesar 5,8 kali dengan asumsi menggunakan proyeksi net income 2018.

Dewi menambahkan, perseroan juga mengadakan program Employee Stock Allocation (ESA) dengan mengalokasikan 0,006 persen dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan atau sebanyak 30.000 saham.

Selain itu, DUCK jugaa juga menerbitkan opsi saham untuk program Management and Employee Stock Ownership Program (MESOP) sebanyak-banyaknya 10 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 128.333.000 lembar saham.

Dalam aksi korporasiini, Perseroan menunjuk PT CGS-CIMB Sekuritas Indonesia, PT Danareksa Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagaipenjamin pelaksana emisi efek.

Perseroan akan mengalokasikan dana IPO sebesar 80 persen untuk ekspansi bisnis, membuka gerai baru dan merenovasi gerai yang ada. Sedangkan sisanya sebesar 20 persen untuk modal kerja.

Adapun gerai baru akan dibuka pada sejumlah kotabesar di Indonesia antara lain di Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu, perseroan juga akan berekspansi ke luar negeri dengan menyasar pasar di Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.

Pada tahun 2003, Perseroan membuka restoran pertama di Senayan Trade Centre, Jakarta. Perseroan fokus pada masakan tradisional Tiongkok, tanpa daging dan lemak babi. Adapun hidangan utamanya adalah bebek Peking panggang.

Restoran yang dikelola perseroan tumbuh sebagai merek berkualitas internasional, yang didukung oleh koki berkualitas dan berpengalaman di Asia. Selain itu menjadi salah satu jaringan restoran yang paling cepat berkembang dan diakui, dengan 35 gerai tersebar di sembilan kota di Indonesia.

Perusahaan memiliki tiga merek utama, yaitu The Duck King, Fook Yew, dan Panda Bowl, serta tujuh sub-merek dari The Duck King untuk menangkap permintaan di segmen konsumen kelas menengah yang sedang tumbuh di Indonesia.

Secara grup, perseroan mempekerjakan hampir 2.000 karyawan dengan 70 koki terlatih dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Tiongkok. Mereka dilengkapi dengan kualifikasi standar internasional dan pengalaman yang bereputasi panjang di industri F&B Tiongkok.

Di sisi lain, Perseroan akan meningkatkan pangsa pasar dengan konsep restoran atau merek baru, meningkatkan kesadaran konsumen terhadap merek Perseroan melalui pemasaran aktif dan promosi, serta melalui keunggulan operasional.

Pada tahun 2017, Perseroan berhasil membukukan kenaikan pendapatan sebesar 23,4 persen dari Rp436 miliar pada tahun 2016 menjadi sebesar Rp538 miliar pada tahun 2017. Adapun EBITDA naik 118,2 persen dari Rp62 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp134 miliar pada tahun 2017. Margin EBITDA mencapai 24,9 persen. Sedangkan net margin tahun 2017 sebesar 13,5 persen, dengan perolehan laba bersih sebesar Rp72 miliar.

Sementara itu, Total Aset meningkat 18,3 persen dari Rp447 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp529 miliar pada tahun 2017. Total Ekuitas naik 32 persen dari Rp241 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp318 miliar pada tahun 2017. Total Kewajiban naik 2,3 persen dari Rp206 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp211 miliar pada tahun 2017.

Sedangkan current ratio naik dari 1,9 kali menjadi 2,2 kali. ROE turun dari 36,7 persen menjadi 22,6 persen. ROA turun dari 19,7 persen menjadi 13,6 persen; dan debt to equity ratio (DER) stabil, yakni sebesar 0,2 kali.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: