Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aneka Ragam Cokelat: Ono Rego, Ono Rupo, Ono Roso

Oleh: Dwi Mukti Wibowo, Pemerhati masalah ekonomi, sosial, dan kemanusiaan

Aneka Ragam Cokelat: Ono Rego, Ono Rupo, Ono Roso Kredit Foto: Unsplash/Ece Gokcer
Warta Ekonomi, Jakarta -

Yang namanya cokelat, diolah dalam bentuk dan dicampr dengan bahan apapun hasilnya sama yaitu enak, enak banget, dan super enak. Misal, jika cokelat dibuat permen, dicampur dengan bahan lainnya atau asesoris lainnya, dijamin enak dan membuat ketagihan. Apalagi dicampur dengan kacang, kacang almond, kopi, mint, hasilnya pasti disukai semua kalangan, baik kalangan anak-anak sampai orang tua. Jika dibuat sebagai bahan minuman (hangat atau dingin), hasilnya dijamin prima rasa.

Bagaimana kalau dicampur es batu atau dibuatkan es krim? Siapapun dijamin ngiler. Selanjutnya, jika dibuat roti basah atau roti kering yang berbahan utama cokelat atau bahan pendukungnya cokelat, tetaplah akan menampilkan rasa cokelatnya yang dominan.

Pendek kata, cokelat dalam segala bentuk dan macamnya dapat dibuat bermacam-macam varian, namun tetap tidak bisa menghilangkan rasa alami cokelatnya. Hanya saja, sempurna atau tidak rasa cokelatnya itu sangat tergantung pada siapa yang mengolahnya. Dan kualitas aneka ragam cokelat itu, sangat ditentukan karena ono rego (karena harga), ono rupo (ada tampilan), dan ono roso (ada rasanya).

Bagaimana perkembangan cokelat di Indonesia? Harusnya maju karena produsen kakao terbesar ketiga dunia adalah Indonesia. Potensi pasar cokelat di Indonesia juga sangat besar. Namun, ada hal yang cukup mengganjal di dunia percokelatan di Indonesia. Menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia, ternyata tidak menjamin Indonesia memiliki angka konsumsi cokelat yang tinggi. Kondisi ini hanya menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil bahan mentah semata.

Sementara, cokelat jadi yang ada di dunia atau supermarket di Indonesia lebih banyak dikenal buatan Eropa. Cokelat yang biasa ada di pasaran dan dinikmati dalam berbagai bentuk mulai dari bubuk hingga minuman berasal dari biji kakao yang diolah menjadi cokelat. Berbeda dengan masyarakat di Eropa, yang rata-rata mengonsumsi cokelat sembilan kilogram per kapita per tahun, sedangkan Indonesia hanya 300 gram per kapita per tahun.

Indonesia tercatat sebagai negara Asia satu-satunya yang mencapai tiga besar penghasil kakao. Peringkat pertama negara penghasil kakao terbesar dipegang oleh Pantai Gading dengan 1.794 ribu ton, dan posisi kedua ditempati oleh Ghana dengan 740 ribu ton.

Apa manfaat cokelat? Cokelat dikenal banyak memiliki manfaat untuk kesehatan yaitu sebagai sumber antioksidan. Berbagai kandungan yang dimiliki oleh cokelat diyakini membawa manfaat untuk kesehatan kardiovaskular. Masyarakat yang gemar mengonsumsi kakao terbukti memiliki peluang terkena penyakit jantung dan kanker lebih rendah. Hasil studi yang dilakukan oleh peneliti China pada 2007 menemukan bahwa dengan mengonsumsi cokelat hitam sebanyak 42 gram setiap hari dapat melancarkan aliran darah. Aliran darah yang lancar membawa oksigen lebih banyak untuk jantung dan sel tubuh.

Melihat manfaatnya yang banyak, kenapa produk cokelat Indonesia tidak berkembang seperti yang diharapkan? Pertama, kondisi masyarakat Indonesia yang belum bisa menikmati cokelat karya negeri sendiri. Kedua, selain minim inovasi, geliat konsumsi cokelat di Indonesia tergolong rendah karena masih dianggap sebagai bahan makanan mahal. Ketiga, kakao Indonesia di pasar global dianggap kelas dua dan dijual mentah tanpa proses fermentasi. Kondisi ini disebabkan oleh petani kakao yang menginginkan proses singkat untuk mendapatkan dana cepat.

Bagaimana peluang bisnis cokelat? (1) Peluang cokelat didukung masih tingginya kesempatan mengembangkan cokelat dari segi bisnis di Indonesia. (2) Sumber daya yang melimpah membuat industri cokelat Indonesia ini juga semakin berkembang. (3) Masyarakat mulai terbiasa dengan cokelat. Jika sudah terbiasa maka pendapatan per kapita akan naik, permintaan cokelatpun dipastikan juga akan naik. (4) Cokelat termasuk salah satu camilan atau panganan populer. Ada yang menjadikannya sebagai campuran makanan ada pula yang dijajakan dalam bentuk batangan dengan rasa manis.

(5) Peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka dan pasar domestik belum digarap, namun dalam budidaya maupun pemasaran masih mengalami beberapa kendala.

Ternyata ada beberapa cokelat asli Indonesia yang tak kalah menarik dari merek luar negeri. Deretan cokelat asli Indonesia tersebut ditawarkan dengan kemasan menarik dan cocok sekali dijadikan sebagai oleh-oleh khas untuk keluarga di kampung halaman. Apa saja? (1) Krakakoa, Blitar. Terdapat lima varian rasa seperti dark chocolate chili, sea salt & pepper, dark milk chocolate cinnamon, ginger, dan creamy coffee.

(2) Pod Cokelat, Bali. Keunikan Pod Cokelat adalah penggunaan bunga lontar sebagai pemanisnya. Jadi cokelat satu ini 100% tidak mengandung gula putih. (3) Wonder Chocolate, Bali. Wonder Chocolate merupakan bagian dari produk Big Tree Farms Bali. Cokelat ini dikenal dengan kualitas bahan organiknya dan jadi salah satu cokelat organik terbaik. Selain itu, pemanis Wonder Chocolate mengandalkan sari buah kelapa.

(4) Soklate, Jogja. Cokelat ini dikenal dengan varian rasa yang unik. Misalnya perbaduan cokelat dan tempe yang menyajikan cita rasa terbaik. (5) Cokelat Fondre, Jember, Jawa Timur. Cokelat ini hadir dengan keunikan varian rasa isi kacang edamame dan jadi cokelat edamame pertama di Indonesia. (6) Delicacao, Bali. Delicacao dibuat dari biji cokelat asli yang ditanam di daerah Tabanan. Cita rasa benar-benar khas Pulau Dewata dan kemasannya terlihat premium dengan huruf dan logo warna emas.

(7) Cokelat Monggo, Yogyakarta. Dijual dengan desain unik berhiaskan tokoh-tokoh pewayangan dan huruf ala aksara Jawa. Cokelat Monggo tersedia dalam beragam varian rasa dari stroberi, karamel, hingga cokelat hitam. Bisa juga coba membeli varian rasa cabai atau mangga. (8) Soklat Inyong, Purwokerto. Cokelat produksi lokal ini rasanya cukup menarik. Ada beberapa rasa yang bisa dicoba, antara lain kacang mede, almond, dan kayu manis.

(9) Pipiltin Cocoa, Bali. Varian cokelat ini disediakan berupa paraline dan chocolate bar. (10) Chocodot, Garut, Jawa Barat. Awalnya, cokelat ini hanya punya varian rasa cokelat dodol. Tetapi seiring berjalannya waktu, mereka memiliki berbagai varian dari green tea hingga rasa buah.

Beberapa hal yang perlu disimak dari cokelat ini adalah

1. Besarnya peluang dan prospek pengembangan kakao didukung oleh potensi lahan yang cukup besar dan memungkin Indonsia tetap menduduki peringkat ketiga penyumbang kakao dunia;

2. Biji kakao asal Indonesia memiliki keunggulan atau keistimewaan dibandingkan dengan biji kakao yang berasal dari negara produsen kakao lainnya seperti Ghana, Pantai Gading, maupun Brasil yaitu memiliki daya tahan yang lebih tinggi terhadap suhu atau tidak mudah meleleh pada suhu badan;

3. Tingginya titik leleh ini menyebabkan kakao asal Indonesia selalu dibutuhkan dalam industri makanan berbahan dasar kakao, yaitu kakao asal Indonesia digunakan sebagai bahan pencampur kakao dari negara lain yang memiliki titik leleh rendah. Keistimewaan ini menjadikan peluang pengembangan kakao Indonesia terbuka luas;

4. Permasalahan utama yang dihadapi petani dalam pemenuhan kebutuhan pasar adalah masih rendahnya jumlah produksi kakao yang disebabkan antara lain oleh usia tanaman yang telah tua, tingginya serangan hama penyakit, dan berkurangnya minat ataupun motivasi petani untuk mengelola kebun mereka;

5. Sebagai salah satu tanaman yang dimanfaatkan bijinya maka biji kakao dapat dipergunakan untuk bahan pembuat minuman, campuran gula-gula, dan beberapa jenis makanan lainnya bahkan karena kandungan lemaknya tinggi biji kakao dapat dibuat cacao butter/mentega kakao, sabun, parfum, dan obat-obatan.

Simpulan

- Cokelat berperan mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Ia merupakan salah satu komoditas unggulan nasional setelah tanaman karet, kelapa sawit, kopi, dan teh. Ia berperan penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia (penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani, dan penghasil devisa bagi negara);

- Komoditas kakao memiliki prospek yang menjanjikan bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat pertanian. Namun demikian, pemerintah maupun petani harus mampu mengatasi kendala utama yang dihadapi kelompok petani kakao, yaitu terbatasnya permodalan dan akses terhadap lembaga pembiayaan serta pemasaran;

- Kendala lainnya yang dihadapi petani kakao adalah rendahnya kualitas yang diakibatkan karena adanya serangan hama terhadap tanaman kakao. Serangan ini membuat produksi yang dihasilkan kurang maksimal dan kualitas produk yang dihasilkan juga kurang optimal.

Terlepas dari prospek dan peluang pasar cokelat yang masih luas, yang kita perlukan sekarang sederhana saja. Bagaimana merubah paradagma mengapa orang kita lebih mengenal dan menyukai cokelat dari luar negeri seperti Lindt, Hershey’s, Godiva, Guylian.Ghirardelli, Ferrero Rocher dll.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: