Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Mau Sukses? Simak Kisah Bos Alibaba Berikut

Mau Sukses? Simak Kisah Bos Alibaba Berikut Kredit Foto: Reuters/Lucy Nicholson
Warta Ekonomi, Nusa Dua, Bali -

Siapa yang tak kenal Alibaba Group? Perusahaan e-commerce yang terus melebarkan gurita bisnisnya ini merupakan salah satu perusahaan terbesar di China. Alibaba yang bisnisnya meliputi jual-beli online, produksi film, dan komputasi penyimpanan virtual atau cloud, kini memiliki nilai pasar lebih dari US$400 miliar (Rp5.750 triliun).

Siapa sangka di balik kesuksesan Alibaba Group, ternyata sang pendiri, yakni Jack Ma adalah seorang guru bahasa Inggris yang miskin. "From Zero to Hero" kira-kira gambaran yang tepat untuk dirinya, oleh karena itu, tentu kisah suksesnya membawa Alibaba Group menjadi mesin pencetak uang menarik untuk disimak dan dapat menjadi contoh bagi kita yang ingin mengikuti jejaknya.

Bagaimana seorang Jack yang dahulu miskin, kini telah menjadi orang terkaya ketiga di China dengan harta kekayaan Rp570 triliun?

Dalam Pertemuan Tahunan IMF-WB 2018, di Nusa Dua, Bali, bos Alibaba Group ini menceritakan kisah suksesnya. Dia menceritakan dalam menjalankan bisnis tak selamanya mulus tanpa hambatan. Ia sering jatuh dan akhirnya ia berkali-kali harus bangkit. 

Seperti ketika ia pernah ditolak saat melamar sebagai pegawai restoran cepat saji, KFC. Ketika ia melamar, dari 24 orang yang melamar kerja di sana hanya 23 orang yang diterima. Ia satu-satunya orang yang ditolak bekerja di sana. Namun, menurut Jack hal tersebut adalah hal yang sangat biasa dalam hidup. 

"Saya pernah melamar dan ditolak, kemudian saya katakan pada diri saya sendiri. Sebagai wirausahawan harus terbiasa ditolak. Tidak ada bantuan dalam usaha itu biasa, jadi Anda harus optimistis," kata Jack Ma dalam diskusi Disrupting Development-How Digital Platforms and Innovation are Changing the Future of Developming Nations di BICC, Nusa Dua, Jumat (12/10/2018).

Menurut dia, yang mampu menolong hanya dirinya sendiri. Karena itu, dengan berbekal berbagai penolakan, Jack Ma membangun usaha yang bergerak di bidang teknologi. Namun, lagi-lagi menurut dia hal ini tak mudah, pasalnya kala itu masyarakat China belum mengenal internet, sehingga banyak pihak yang memandang usahanya sebelah mata.

Tak kenal kata menyerah, hal ini justru membuat dia bekerja ekstra untuk meyakinkan masyarakat dan pegawainya jika yang dilakukan bukanlah kriminal.

"Saya tidak menjanjikan pegawai jika mereka akan kaya dengan pekerjaan ini. Kami juga tidak menghindari pajak atau kabur karena melakukan hal yang jahat," imbuh dia. 

Dalam menjalankan bisnis, yang sangat diutamakan adalah kepercayaan. Ini merupakan modal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh pebisnis. Mulai dari kepercayaan dengan konsumen, pegawai, dan percaya kepada diri sendiri.

"Tanpa itu semua, usaha tak akan berhasil," jelas dia.

Setiap memulai usaha, ia selalu memikirkan apa yang diinginkan, apa yang dimiliki, dan apa yang akan dikorbankan. Namun sayangnya, banyak orang tak pernah membahas pengorbanan tersebut. Padahal, jika ketiganya dijalankan dipastikan tujuannya mudah dijalankan. 

Kemudian ketika memulai usaha, Jack Ma tidak pernah mencari orang yang sudah ahli dalam bidangnya. Hal ini karena menurut dia, teknologi berkembang sangat cepat karena itu ia membutuhkan orang yang mau belajar. Dia berprinsip, setiap orang harus menghadapi tantangan, kegagalan, dan kesalahan.

"Bukan untuk dihindari, tapi dihadapi," kata dia. 

Saat ini tantangan adalah teknologi, yakni mesin yang akan menggantikan pekerjaan manusia. Karena itu manusia harus memiliki kecerdasan emosional yang baik untuk tetap ada dalam putaran persaingan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: